Edit Content

Moderasi Beragama dalam Naskah Wawacan Babad Walangsungsang

 

Naskah
“Wawacan Babad Walangsungsang” menguraikan perjalanan spiritual
Pangeran Walangsungsang dalam mencari spiritualitas, khususnya Islam. Pangeran
Walangsungsang belajar spiritualitasnya melalui banyak guru non-Muslim sebelum
akhirnya bertemu dengan Sheik Datuk Kahfi di Bukit Amparan Jati.
Selama perjalanan spiritualnya, ia mengalami berbagai
pengalaman magis. Keterbukaan dan dukungan dari para guru Budhaprawa mengenai
syari’at Nabi menunjukkan keindahan ucapan yang kaya akan nuansa moderasi
beragama.

Moderasi
beragama dalam naskah ini mencerminkan sikap beragama yang seimbang antara
praktik agama eksklusif dan penghormatan terhadap praktik agama lain secara
inklusif. Sikap moderat atau jalan tengah dalam praktik agama akan efektif
dalam mencegah seseorang dari ekstremisme, fanatisme, dan sikap radikal dalam
menjalankan ajaran agama. Dalam konteks masyarakat multikultural seperti
Indonesia, sikap moderat sangat diperlukan untuk mencegah radikalisme agama.
Sikap mental yang moderat, adil, dan seimbang adalah kunci utama untuk
mengelola keragaman. Studi ini penting sebagai referensi dasar untuk moderasi
beragama yang berakar pada kearifan lokal budaya dan tradisi Sunda.

Moderasi
beragama telah lama ada di Nusantara, bahkan sebelum pemerintah gencar
menggemakan moderasi beragama. Pengalaman religius masyarakat Nusantara telah
mengarah pada kesadaran ini. Pada masa lalu, Nusantara adalah negara dengan
mayoritas penduduk Hindu, kemudian muncul kerajaan Buddha, diikuti oleh
kedatangan Islam, Katolik, dan Protestan yang menambah keragaman agama yang
dianut masyarakat. Dokumen-dokumen Sunda Kun
o mencerminkan situasi ini dan menunjukkan praktik
moderasi beragama yang telah ada sejak lama. Dalam masyarakat Sunda, beberapa
naskah menggambarkan situasi ini, termasuk Naskah Sunda Kuno yang mencakup
Sanghiyang Siksa Kandang Karesian, Sêwaka Darma, dan Amanat Galunggung.

Ajaran moderasi
beragama yang terkandung dalam naskah Wawacan Babad Walangsungsang
mengisahkan perjalanan spiritual Pangeran
Walangsungsang dalam mencari agama, khususnya Islam. Menariknya, ia mempelajari
spiritualitasnya melalui banyak guru non-Muslim sebelum akhirn
ya bertemu dengan Sheik Datuk Kahfi di Bukit Amparan
Jati.

Pangeran
Walangsungsang bersedia untuk mempelajari pengetahuan dan ajimat dari para guru
Budhaprawa. Keterbukaan dan dukungan dari para guru Budhaprawa mengenai
syari’at Nabi, menunjukkan keindahan ucapan yang kaya dengan nuansa moderasi
beragama. Studi ini penting sebagai referensi dasar untuk moderasi beragama
yang berakar pada kearifan lokal budaya dan tradisi Sunda. Moderasi beragama
mencerminkan sikap beragama yang seimbang antara praktik agama eksklusif dan
penghormatan terhadap praktik agama lain secara inklusif. Sikap moderat atau
jalan tengah dalam praktik agama akan efektif dalam mencegah seseorang dari
ekstremisme, fanatisme, dan sikap radikal dalam menjalankan ajaran agama.

 

 

 

 

 

Sumber: https://doi.org/10.4102/hts.v77i4.6773

Tag :

Share:

Facebook
Twitter
Email
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social Media

Popular Post

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Kategori
On Key

Related Posts

The Archives at NCBS

  Arsip di NCBS adalah pusat pengumpulan umum untuk sejarah sains di India kontemporer. Pusat…