Bermalam di Desa Waikafia, Fenomena Sosial dan Keramahan Alam Kawasan Transmigrasi Mangoli Selatan

Mangoli, Kepulauan Sula – Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (TEP UI) melanjutkan perjalanan ke Desa Waikafia, sebuah perkampungan pesisir di Mangoli Selatan, Kepulauan Sula (4/11/25). Desa ini menyuguhkan perpaduan antara lanskap alam yang memukau dan keramahan sosial yang hangat dari masyarakatnya. Perjalanan menuju Waikafia ditempuh melewati jembatan rusak dan sungai yang mengering selama hampir satu jam dari pemberhentian desa sebelumnya.

TEP UI sampai di Balai Desa Waikafia sekitar pukul 16.00 WIT. Agenda pertemuan dengan warga, perangkat desa menyarankan dilaksanakan malam hari, mengingat sore hari warga masih banyak beraktifitas. TEP UI menerima saran tersebut dan segera istirahat dan membersihkan diri ke rumah warga tempat tim menginap. Pemilik rumah berkenalan dengan tim secara tak sengaja di kapal ketika pertama kali menuju Mangoli.

Desa Waikafia dihuni oleh masyarakat yang hidup dalam keseimbangan dengan alam, mengandalkan laut dan tanah sebagai sumber kehidupan. Pola kehidupan di Waikafia menggambarkan siklus sederhana namun harmonis antara manusia dan alam. Ketergantungan terhadap alam menjadikan warga sangat menghargai keseimbangan ekosistem di sekitar mereka.

Tim Ekspedisi Patriot UI mengamati bahwa kondisi alam di Waikafia masih relatif terjaga. Pantainya berbatu, perairannya jernih, dan hamparan pohon di tebing tinggi terlihat sepanjang garis pantai. Di sisi barat desa, terdapat perbukitan batu kapur yang menampilkan pemandangan fenomenal saat matahari terbenam. Kombinasi antara laut, bukit, dan pepohonan menciptakan lanskap yang sangat memanjakan mata, ditambah dengan jaringan internet yang sangat stabil.

Namun, di balik keindahan itu, Waikafia menghadapi sejumlah tantangan serius. Akses jalan darat menuju desa masih sangat terbatas, banyak jembatan rusak dan bahkan putus total. Saat musim hujan tiba, beberapa wilayah terisolasi karena air sungai naik, jalan berlumpur dan licin. Kondisi ini menghambat mobilitas warga untuk berdagang dan mengakses layanan kesehatan. Meski begitu, masyarakat tetap menunjukkan ketabahan dan rasa optimisme tinggi dalam menghadapi tantangan ini.

Saat malam tiba, langit Waikafia memamerkan taburan bintang dan pantulan cahaya bulan yang memukau. Deburan suara ombak menambah keindahan Waikafia malam hari. Pemandangan ini menjadi hiburan alami yang menenangkan setelah perjalanan panjang tim ekspedisi. Banyak warga keluar rumah, meramaikan jalanan desa dan beberapa di bibir pantai. Warga setempat mengatakan bahwa pemandangan langit malam sering menjadi waktu refleksi bagi mereka.

Keramahan sosial warga Waikafia juga tercermin dalam cara mereka menerima tamu. Tim Ekspedisi Patriot UI bermalam di rumah warga, menikmati kehidupan lokal secara langsung. Mereka berbagi cerita tentang pengalaman hidup, tantangan mencari ikan, dan harapan bagi masa depan desa. Momen ini menciptakan hubungan emosional yang kuat. Dalam waktu singkat, batas antara tamu dan tuan rumah seolah hilang, digantikan oleh rasa persaudaraan.

Kegiatan ekspedisi di Waikafia tidak hanya berfokus pada observasi alam, tetapi juga pada interaksi sosial. Tim mengadakan diskusi ringan dengan warga desa tentang pendidikan, lingkungan, dan peluang ekonomi berbasis lokal di Balai Desa. Warga menunjukkan antusiasme tinggi untuk belajar dan berinovasi.

Kunjungan ke Waikafia menjadi salah satu momen reflektif bagi seluruh anggota tim ekspedisi. Tim menyadari bahwa kehidupan di desa terpencil bukan hanya tentang keterbatasan, tetapi tentang keteguhan dan kebersamaan. Warga Waikafia mengajarkan arti sederhana dari kemakmuran, yakni hidup dalam harmoni dengan alam dan sesama. Meski jauh dari hiruk-pikuk kota, kebahagiaan di sini terasa nyata dan tulus. Dari mereka, tim belajar bahwa kekayaan sejati tidak selalu berbentuk materi.

Menutup malam di Waikafia, suara deburan ombak menjadi musik alami yang menemani istirahat tim ekspedisi. Di langit terbuka, bintang bersinar terang seolah memberi restu atas perjalanan yang penuh makna. Keesokan paginya, tim menyempatkan menyusuri sungai dan air terjun Balangkoyo. Siang hari, tim melanjutkan perjalanan ke Desa Wailab dan kembali menuju pusat kabupaten. Warga melepas tim dengan senyum dan lambaian tangan hangat. Perpisahan itu meninggalkan kesan mendalam tentang ketulusan dan kearifan lokal yang hidup di Mangoli Selatan. Bagi Tim Ekspedisi Patriot UI, bermalam di Desa Waikafia bukan sekadar kunjungan, melainkan pelajaran tentang nilai kemanusiaan, kesederhanaan, dan keindahan alam yang tak tergantikan.

 

 

 

 

 

 

Penulis: Ardiansyah BS (TEP UI)

Foto: Ardiansyah BS (TEP UI)

Share:

Facebook
Twitter
Email
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social Media

Popular Post

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Kategori
On Key

Related Posts

Sampai Bertemu Lagi, Pa

PENULIS: drg. Diah Puji Astuti, MM., Cht, EDITOR: Pram TEBAL HALAMAN: 95 UKURAN BUKU: 15,5 x 23 cm…