Olahraga seakan menjadi identitas budaya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di kawasan transmigrasi Pulau Mangoli, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara. Warga lokal maupun pendatang/transmigran, dari anak-anak hingga dewasa, berbondong-bondong menuju lapangan ketika sore hari. Olahraga menjadi bagian dari gaya hidup dan interaksi sosial. Aktivitas tersebut tidak hanya meningkatkan kebugaran, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan antarwarga. Namun, di balik semangat masyarakat itu, masih terdapat keterbatasan sarana dan prasarana olahraga yang perlu ditingkatkan.
Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (TEP UI) melakukan kajian dan pemetaan di kawasan transmigrasi Mangoli, menyaksikan bahwa minat olahraga masyarakat tergolong tinggi. Di beberapa desa, anak-anak hingga orang dewasa aktif bermain sepak bola dan voli di lapangan, bahkan terdapat turnamen antar-desa. Kondisi ini menandakan bahwa potensi budaya olahraga di Mangoli sangat besar, tetapi belum mendapat dukungan infrastruktur yang proporsional.
Sebagian besar fasilitas olahraga di kawasan transmigrasi Mangoli masih bersifat swadaya masyarakat. Lapangan sepak bola dibuat dari lahan kosong milik desa, dan lapangan voli tidak jauh dari bibir pantai yang belum dilengkapi jaring. Meski demikian, semangat masyarakat untuk berolahraga tidak surut sedikit pun. Fenomena ini menjadi bukti bahwa olahraga sudah menjadi bagian dari budaya sosial, bukan sekadar aktivitas fisik semata.
Di tengah keterbatasan infrastruktur dasar dan listrik yang hanya menyala malam hari di beberapa desa, aktivitas olahraga menjadi rutinitas masyarakat setiap sore. Anak-anak bermain sepak bola dan voli hingga matahari terbenam yang digelar di tanah lapang desa. Suasana sore hari di Mangoli selalu ramai dengan tawa, teriakan semangat, dan suara bola memantul. Kegiatan ini menjadi ruang pertemuan sosial, tempat cerita dan kebersamaan tumbuh. Masyarakat menjadikan olahraga sebagai cara untuk melupakan kelelahan, memperkuat relasi, dan menjaga semangat hidup di tengah keterbatasan infrastruktur.
TEP UI menilai, keberadaan budaya olahraga di kawasan transmigrasi Mangoli dapat menjadi modal sosial untuk pembangunan manusia. Olahraga terbukti memiliki dampak positif terhadap kesehatan, kedisiplinan, dan solidaritas komunitas. Dalam konteks transmigrasi, kegiatan olahraga juga memperkuat integrasi antara pendatang dan masyarakat lokal. Melalui turnamen atau kegiatan kebugaran bersama, terjadi proses saling mengenal, menghargai, dan bekerja sama lintas latar belakang sosial. Oleh karena itu, TEP UI mendorong agar pemerintah melihat olahraga sebagai bagian dari strategi pembangunan sosial di wilayah terpencil.
Namun, dalam praktiknya, perhatian pemerintah terhadap sarana olahraga di kawasan transmigrasi masih sangat terbatas. Fokus pembangunan infrastruktur lebih banyak diarahkan pada jalan, jembatan, dan fasilitas pertanian. Padahal, pembangunan manusia tidak hanya bergantung pada ekonomi, tetapi juga kesehatan dan kebugaran jasmani. Kurangnya fasilitas olahraga berpotensi menurunkan minat generasi muda terhadap aktivitas fisik yang sehat. Akibatnya, masyarakat kehilangan ruang positif untuk menyalurkan energi produktif mereka.
Pemerintah sebenarnya telah memiliki berbagai program pengembangan olahraga masyarakat, namun akses transportasi ke wilayah ini masih terbatas. Padahal, wilayah seperti Mangoli justru membutuhkan perhatian lebih karena tingkat isolasinya cukup tinggi. Pembangunan fasilitas olahraga di daerah terpencil bukan hanya soal keadilan infrastruktur, tetapi juga investasi sosial jangka panjang. Jika tidak segera diatasi, kesenjangan akses ini bisa memperlebar ketimpangan kualitas hidup antarwilayah.
Tim Ekspedisi Patriot UI merekomendasikan agar pembangunan olahraga di kawasan transmigrasi dimasukkan dalam prioritas nasional pembangunan perdesaan. Pendekatan partisipatif penting diterapkan agar masyarakat merasa memiliki dan menjaga fasilitas yang dibangun. Dengan strategi tersebut, olahraga dapat berkembang secara organik sesuai dengan kebutuhan lokal.
Penguatan sarana dan prasarana olahraga tidak bisa dilepaskan dari pembangunan infrastruktur dasar lainnya. Akses jalan, listrik, dan air bersih menjadi pendukung utama bagi keberlanjutan fasilitas olahraga. Pemerintah daerah dan pusat diharapkan bisa merancang pembangunan yang terpadu antara sektor ekonomi, sosial, dan olahraga. Dengan demikian, setiap program pembangunan transmigrasi dapat menghasilkan masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Model pembangunan seperti ini sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan yang menempatkan manusia sebagai pusatnya.



