Artikel
ini membahas dua manuskrip Islam Jawa berjudul “Déwi Malêka,” yang
disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Perpustakaan
Universitas Leiden. Manuskrip
ini menceritakan kisah Déwi Malêka, seorang ratu dari negeri Rum, dengan
nilai-nilai Islam dan Jawa yang disajikan dalam bentuk tanya jawab. Pada bagian
akhir teks, terdapat nasihat terkait dengan nilai-nilai Jawa yang tidak boleh
dilanggar.
Sastra
Jawa telah berkembang sejak abad ke-7, dipengaruhi oleh budaya India yang
membawa agama, seni, dan teknologi. Proses akulturasi kedua terjadi dengan
kedatangan pedagang Islam ke Jawa, yang menyebarkan agama mereka kepada
masyarakat umum dan keluarga kerajaan. Puncak penyebaran Islam di Jawa terjadi
pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V, yang mendorong warga untuk memeluk
Islam. Tradisi Islam dan nilai-nilai Jawa menciptakan dua jenis Islam di Jawa,
yaitu Islam Kejawen (sinkretis) dan Islam pesantren (lebih murni). Banyak
manuskrip Jawa mengandung nilai-nilai Islam dan Jawa, seperti yang terlihat
dalam naskah “Déwi Malêka.”
Manuskrip
Br.16 adalah versi Jawa yang ditulis dalam aksara pegon (huruf Arab yang
digunakan untuk bahasa Jawa). Manuskrip ini berukuran 21 x 16,2 cm dan terdiri
dari 95 halaman, dengan teks yang ditulis menggunakan tinta hitam. Teks ini
ditulis dalam bentuk tembang macapat di atas kertas Eropa. Kondisi fisik
manuskrip ini cukup baik meskipun beberapa halaman mengalami kerusakan akibat
dimakan ngengat. Setiap halaman memiliki bingkai dan teks yang jelas terbaca.
Manuskrip
Cod.Or 7562 adalah koleksi Christian Snouck Hurgronje yang disimpan di
Universitas Leiden. Manuskrip ini adalah salinan dari manuskrip Priangan yang
bertanggal 1283 H atau 1866 M. Teks ditulis dalam aksara pegon dengan tinta
hitam di atas kertas, dan manuskrip ini terdiri dari 61 halaman. Manuskrip ini
juga memiliki catatan margin dan koreksi yang dilakukan oleh pembaca atau
penyalin. Kondisi fisik manuskrip ini baik dan teks dapat terbaca dengan jelas.
Kedua
manuskrip mengisahkan cerita yang sama tentang Déwi Malêka, seorang ratu dari
negeri Rum, yang mengadakan kompetisi untuk mencari suami yang dapat menjawab
100 pertanyaan. Ngabdul Ngalim (dalam Br.16) atau Abdul Azim (dalam Cod.Or
7562) berhasil menjawab semua pertanyaan dan menikah dengan Déwi Malêka.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup ajaran-ajaran Islam, seperti jumlah
nabi, kitab suci, dan karakteristik Allah. Teks ini juga mengandung nilai-nilai
Jawa yang disampaikan dalam bentuk pupuh dan pepatah.
Meskipun
kedua manuskrip memiliki cerita utama yang sama, terdapat banyak perbedaan
dalam detail isinya. Misalnya, nama karakter dan beberapa detail pertanyaan dan
jawaban bervariasi antara Br.16 dan Cod.Or 7562. Kedua manuskrip juga memiliki
gaya penulisan yang berbeda, meskipun menggunakan bentuk tembang macapat.
Analisis ini menunjukkan bahwa meskipun berasal dari cerita yang sama, setiap
manuskrip memiliki interpretasi dan variasi tersendiri. Hal ini mencerminkan
keragaman tradisi sastra Jawa-Islam.
Manuskrip
“Déwi Malêka” mengandung ajaran-ajaran Islam yang disampaikan melalui
dialog antara Déwi Malêka dan Ngabdul Ngalim atau Abdul Azim. Nilai-nilai
seperti tauhid, rukun Islam, dan sifat-sifat Allah dijelaskan secara rinci
dalam bentuk tanya jawab. Teks ini menunjukkan bagaimana ajaran-ajaran Islam
diintegrasikan dengan tradisi sastra Jawa. Analisis ini membantu memahami
bagaimana Islam disebarkan dan diterima di Jawa melalui medium sastra.
Nilai-nilai Islam dalam teks ini juga menunjukkan pengaruh ajaran Sufi.
Selain
nilai-nilai Islam, manuskrip “Déwi Malêka” juga mengandung
nilai-nilai Jawa yang disampaikan melalui pepatah dan nasihat. Nilai-nilai ini
mencakup etika sosial, moralitas, dan panduan hidup yang diambil dari tradisi
Jawa. Bagian akhir manuskrip sering kali berisi nasihat tentang apa yang
seharusnya tidak dilakukan oleh manusia menurut nilai-nilai Jawa. Kombinasi
nilai-nilai Islam dan Jawa dalam manuskrip ini menunjukkan proses akulturasi
yang terjadi di Jawa pada masa lalu.
Studi ini
memberikan kontribusi penting bagi studi filologi, kodikologi, dan studi Islam
serta Jawa. Manuskrip “Déwi Malêka” menawarkan wawasan yang kaya
tentang bagaimana nilai-nilai Islam dan Jawa diintegrasikan dan disampaikan
melalui sastra. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pentingnya pelestarian
dan studi manuskrip sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga.
Sumber: https://doi.org/10.18326/ijims.v6i1.127-160