Karya terakhir Joseph Paul Zhang di antaranya “Khilafah Terakhir Penguasa Dunia” (Semarang: New Chapter Publishers, 2016). Dalam karyanya tersebut, Joseph Paul Zhang memerankan dirinya sebagai “penyambung lidah” suara Bapa-bapa Gereja purba. Itulah sebabnya, isu polemik yang disuarakan oleh Joseph Paul Zhang tentang “pencemaran nama baik” terhadap Nabi Muhammad SAW di youtube, ternyata menyebabkan banyak orang tersentak. Sebenarnya, isu polemik ini memiliki akar sejarah yang sangat panjang dan dapat “ditarik benang merahnya” sejak era awal kemunculan Islam hingga Abad Pertengahan.
Dokumen terkuno terkait penolakan Bapa Gereja purba terhadap Nabi Arab tersebut ternyata ditulis hanya selisih 2 tahun setelah wafatnya Sang Nabi SAW. Dokumen penolakan terhadap Nabi Arab tersebut berjudul “Doctrina Jacobi.” Versi teks aslinya ternyata ditulis dalam bahasa Yunani, berjudul Διδασκαλία Ἰακώβου (“Didaskalia Iakobou), dan versi berbahasa Amharik/ Ethiopia disebut “Sargis d’Aberga.”
Dokumen yang berjudul “Doctrina Jacobi” ini merupakan sebuah traktat polemik Kristen Ortodoks Yunani abad ke-7 M. yang dirancang di Kartago yang ditulis pada tahun 634 M. Sementara itu, Sang Nabi SAW telah wafat pada tahun 632 M. Dokumen anti-Islam abad ke-7 M., yang ditulis oleh Bapa-bapa Gereja lainnya, di antaranya John Moscus dan Maximus (ca. 662 M), serta Thomas the Presbyter (ca. 640 M). Pada abad ke-9 M., maka muncullah karya yang berjudul “The Apology of Al-Kindy” (ca. 820 M), yakni sebuah dokumen gerejawi terkait penolakan terhadap Nabi Arab yang narasi apologetikanya mengalami “puncak kefasihan.” Menurut William Muir, dokumen ini ditulis pada sekiar tahun 820 M., tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun (ca. 813-833 M).
Akar polemik penolakan terhadap Nabi Arab, sebenarnya berawal pada pencitraan negatif terhadap ketokohan ISHMAEL. Berdasar pada polemik tentang ketokohan ISHMAEL tersebut, maka akhirnya muncul narasi negatif terkait 5 isu utama: (1) Bangsa Arab, (2) Bahasa Arab, (3) Agama Arab, (4) Nabi Arab, (5) Kitab Suci Arab.
Sapaan dengan sebutan Mameth dan penyematan kepadanya dengan sebutan Nabi Bani Kedar dan Nabi Arab, ternyata telah menjadi wacana masif sejak masa John of Damascus dan Theophanes – sang rahib Byzantium, Polemik tingkat tinggi khususnya terkait Nabi Arab yang dicemarkan namanya, secara de factohal ini dapat ditemukan pada pembukaan/ pengantar buku yang berjudul “Muhammad: Sebuah Biografi Kritis” karya “magnum opus” seorang ateis mantan biarawati, yakni Karen Armstrong. Pada pengantar buku tersebut terdapat sub-judul “Muhammad Sang Musuh”. Pencemaran nama baik terhadap Nabi Arab ini sebenarnya merupakan sebuah upaya duplikasi dan “imagery” terhadap Yesus yang dulu juga telah dicemarkan namanya dalam kitab Talmud. Fakta ini dapat dibaca dalam karya Peter Schäfer, “Jesus in the Talmud” (Princeton: Princeton University Press, 2007).
Pada salah satu tuduhan dari Bapa-bapa Gereja purba (the Apostolik Fathers) yang dikutip oleh Karen Armstrong, dan ini merupakan tuduhan yang amat populer di masa Abad Pertengahan di Eropa, yaitu Nabi Muhammad SAW didakwa sebagai seseorang yang berambisi menjadi Paus. Tuduhan yang senada, di antaranya Nabi Arab ini dinarasikan telah menggunakan kacang di telinganya dan membiarkan burung merpati mematukinya, seolah-olah dia sedang mendemontrasikan peristiwa mukjizat yaitu “kemasukan Roh Kudus” yang sejatinya “kemasukan Roh Halus.” Bahkan, William Shakespeare dalam karya magnum opus-nya yang berjudul “The Complete Works of Shakespeare”, edited with golssary by W.J. Craig (London: Oxford University Press, 1926), lihat “I Henry, VI 1, 2, hlm 140-141; dia mengabadikan narasi pencitraan negatif versi Bapa Gereja purba dalam sebuah syair-nya.
“Apakah Mahomet mendapat wahyu lewat seekor merpati? Berarti mendapat wahyu pula Anda yang bersama elang.”
Buku berjudul “Muhammad: Sebuah Biografi Kritis” tersebut merupakan buku biografi Nabi Arab yang disusun oleh seorang non-Muslim yang bersumber pada dokumen-dokumen kuno, terutama narasi-narasi pencitraan negatif Bapa-bapa Gereja purba. Itulah sebabnya, referensi dokumen-dokumen kuno tersebut yang terdokumentasi dalam bahasa Yunani, bahasa Latin dan bahasa Arab, nantinya dapat dibedah pada kajian THE YESHIVA INSTITUTE pada hari Ahad/ Minggu, tgl. 2 Mei 2021, pukul 21.00 WIB
THE YESHIVA INSTITUTE akan mengadakan dialog interaktif tersebut dengan tema:
“SEJARAH PENOLAKAN BAPA GEREJA TERHADAP NABI ARAB: DOKUMEN ABAD PERTENGAHAN.”