Edit Content

El Corán de Toledo: Iman dan Terjemahan dalam Naskah Morisco

Di tengah denyut sejarah Eropa, terdapat sebuah naskah langka yang menjadi saksi perjuangan iman dan budaya. Naskah ini dikenal sebagai El Corán de Toledo, sebuah terjemahan lengkap Alquran ke dalam bahasa Spanyol. Ia ditulis tahun 1606 oleh seorang morisco—Muslim Spanyol yang dipaksa memeluk Kristen—di desa kecil Villafeliche, Zaragoza. Uniknya, naskah ini merupakan terjemahan langsung dari bahasa Arab, bukan dari versi Latin atau terjemahan sekunder. Inilah yang menjadikannya sebagai salah satu artefak paling penting dalam sejarah Islam Eropa.

Keistimewaan Corán de Toledo tak berhenti pada isinya saja, tetapi juga pada bentuk dan konteks produksinya. Ia adalah satu-satunya terjemahan lengkap Alquran dalam bahasa Spanyol aljamiado dari zaman morisco yang masih bertahan. Aljamiado adalah bentuk tulisan Spanyol yang biasanya ditulis menggunakan huruf Arab. Namun berbeda dari kebiasaan tersebut, naskah ini ditulis dengan aksara Latin, menjadikannya sangat langka. Hal ini mengisyaratkan kecanggihan linguistik dan penyesuaian strategis dari penyalinnya.

Proses penyalinan naskah ini berlangsung hanya dalam dua bulan—waktu yang sangat singkat untuk karya sebesar Alquran. Penyalin menunjukkan kesungguhan luar biasa, mencatat dalam kolofon bahwa ia bekerja dengan tergesa-gesa karena kondisi sosial-politik yang mendesak. Naskah ini tidak menyertakan teks Arab asli, hanya terjemahan Spanyol dan komentar-komentar tafsir. Ini sangat tidak lazim dalam tradisi keilmuan Islam, tetapi justru mencerminkan situasi darurat morisco saat itu. Ketika menyimpan atau menyebarkan teks Arab bisa dianggap sebagai kejahatan, strategi seperti ini menjadi penyelamat iman.

Dalam aspek visual, Corán de Toledo juga menarik perhatian. Penyalin menggunakan tinta merah dan garis-garis vertikal untuk membedakan antara teks terjemahan dan komentar tafsir. Pendekatan visual ini menunjukkan niat didaktis yang jelas, agar pembaca memahami struktur ayat dan penafsirannya. Desainnya rapi dan penuh perhatian, mencerminkan semangat mengajar meski dalam keterbatasan. Dengan demikian, naskah ini bukan sekadar salinan, melainkan juga alat pengajaran iman yang tersembunyi.

Naskah ini terdiri dari empat bagian, dan setiap bagian diakhiri dengan sebuah kolofon. Dalam kolofon tersebut, sang penyalin menuliskan pengakuan pribadi tentang niatnya, keterbatasan waktu, serta alasan memilih bahasa Spanyol. Tindakan ini memperlihatkan kesadaran historis dan refleksi diri dari sang penulis. Ia bukan hanya penerjemah, tetapi juga saksi zaman dan juru bicara komunitasnya. Kolofon menjadi semacam catatan kaki sejarah yang menyimpan jejak pergulatan personal dan kolektif.

Kehadiran Corán de Toledo adalah bukti nyata dari perlawanan budaya morisco terhadap tekanan asimilasi paksa. Melalui naskah ini, komunitas morisco berusaha mempertahankan identitas dan keyakinannya dalam bahasa yang dipahami oleh generasi baru. Bahasa Spanyol menjadi sarana untuk melestarikan Islam di tengah represi. Pilihan untuk menulis dengan aksara Latin pun mencerminkan adaptasi terhadap dunia sekitar yang semakin Kristen dan Latinistik. Ini adalah bentuk dakwah diam-diam yang dikemas secara cerdas dan aman.

Secara linguistik, naskah ini juga menjadi warisan penting dalam kajian filologi dan sejarah terjemahan. Ia memperlihatkan bagaimana bahasa Arab Qurani ditransformasikan ke dalam struktur dan diksi bahasa Spanyol awal abad ke-17. Terjemahan semacam ini membantu kita memahami bagaimana konsep-konsep keislaman dijelaskan kepada masyarakat yang telah kehilangan akses ke bahasa Arab. Kajian terhadap naskah ini memberikan gambaran tentang dinamika penerjemahan teks suci dalam konteks persekusi. Di sinilah letak pentingnya tidak hanya sebagai dokumen keagamaan, tetapi juga sebagai cermin proses komunikasi lintas budaya.

Dari sisi sejarah sosial, naskah ini mencerminkan ketegangan antara identitas Islam dan tekanan politik Spanyol pasca-Reconquista. Setelah jatuhnya Granada pada 1492, umat Islam di Spanyol dipaksa untuk berpindah agama atau hidup dalam tekanan berat. Morisco—sebutan bagi Muslim yang berpura-pura masuk Kristen—seringkali menyembunyikan praktik keagamaan mereka. Dalam konteks inilah Corán de Toledo muncul sebagai bentuk “taqiyah” budaya, yaitu menjaga agama secara tersembunyi. Naskah ini membuktikan bahwa iman bisa tetap hidup bahkan dalam bayang-bayang pelarangan.

Keberadaan naskah ini juga memperkaya pemahaman kita tentang hubungan antara Islam dan Eropa. Selama ini, seringkali hubungan keduanya dipahami dalam narasi konflik atau ekspansi. Namun Corán de Toledo menunjukkan sisi lain: tentang asimilasi, penerjemahan, dan dialog diam-diam yang berlangsung ratusan tahun. Ia adalah bukti bahwa Islam juga tumbuh dan bertahan di jantung Eropa dalam bentuk-bentuk yang tidak selalu resmi. Ini membuka ruang baru untuk merefleksikan pluralitas dalam sejarah Eropa.

Dari sudut pandang pendidikan, naskah ini menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya adaptasi dalam mempertahankan nilai. Ketika sarana tradisional dilarang, morisco menciptakan metode baru—dari bahasa hingga bentuk tulisan. Proses ini tidak hanya mempertahankan ajaran, tetapi juga memperkaya tradisi keilmuan Islam dengan variasi ekspresi baru. Inilah bukti bahwa ilmu dan iman bisa bertahan jika ada kreativitas dan komitmen. Dan Corán de Toledo menjadi simbol dari semangat itu.

Saat ini, naskah Corán de Toledo dipamerkan dalam pameran berjudul Los latidos del Corán—“Detak Jantung Al-Qur’an”. Judul pameran ini sangat pas, karena naskah ini memang seperti detak yang tak padam dalam sejarah panjang Islam di Eropa. Ia adalah gema dari suara-suara yang berusaha bertahan dalam kesunyian dan pengasingan. Manuskrip ini kini menjadi warisan dunia yang tidak hanya milik Muslim, tetapi juga bagian dari sejarah kebudayaan global. Ia memperlihatkan bagaimana teks suci bisa menghubungkan umat manusia melampaui batas agama dan bahasa.

Penemuan dan pemulihan naskah ini telah menarik perhatian sejarawan, ahli bahasa, dan cendekiawan lintas disiplin. Melalui digitalisasi dan studi filologis, naskah ini kini bisa diakses dan dianalisis lebih luas. Peneliti dapat melacak terminologi, gaya terjemahan, dan bahkan pengaruh lokal dalam kosakata keislaman yang digunakan. Ini memperkaya studi tentang Alquran sebagai teks yang hidup dalam beragam budaya. Keberadaan naskah ini juga memperkuat posisi Islam sebagai bagian dari sejarah Eropa yang sering terlupakan.

Dalam konteks global saat ini, Corán de Toledo mengajarkan nilai toleransi, keberanian, dan inovasi dalam mempertahankan keyakinan. Ia mengingatkan kita bahwa spiritualitas seringkali menemukan jalannya dalam bentuk-bentuk tak terduga. Bahwa di balik represi, tetap ada ruang kecil di mana iman bisa ditulis, disebar, dan dipelajari. Dan bahwa umat beragama selalu menemukan cara untuk menjaga warisan mereka meski harus melawan arus sejarah. Itulah kekuatan kata-kata dalam menghadapi kekuasaan.

Bagi umat Islam, naskah ini adalah bagian dari warisan yang layak dibanggakan dan dijaga. Bagi peneliti, ia adalah tambang data yang tak ternilai. Bagi masyarakat umum, ia adalah jendela untuk memahami dinamika sejarah yang lebih dalam dan manusiawi. Dan bagi dunia, Corán de Toledo adalah contoh bagaimana kitab suci bisa menjadi titik temu, bukan titik pisah. Sejarah naskah ini adalah sejarah dialog yang diam, tetapi sangat dalam.

Akhirnya, El Corán de Toledo adalah lebih dari sekadar terjemahan teks suci. Ia adalah kisah tentang manusia yang berjuang mempertahankan jati diri, tentang bahasa yang menjembatani iman, dan tentang sejarah yang terus hidup dalam lembaran tua. Ia mengajak kita melihat kembali makna warisan budaya dan spiritual dalam bingkai yang lebih luas. Dalam dunia yang terus berubah, naskah ini adalah pengingat bahwa tulisan memiliki denyut, dan denyut itu bisa melampaui waktu. Detak jantung Alquran itu kini bisa kita dengar kembali—dari sebuah desa kecil di Spanyol, menuju dunia.

 

 

 

 

 

Sumber:  Patrimonia – Universidad de Granada

Share:

Facebook
Twitter
Email
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social Media

Popular Post

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Kategori
On Key

Related Posts