Edit Content

Filologi Arkeometri dalam Kitab Suci: Jejak Tinta dan Warna dalam Fragmen Qur’an Hamburg

 

Di balik lembaran-lembaran tua Alquran, tersimpan kisah yang tak kalah menakjubkan dari ayat-ayatnya sendiri. Salah satunya adalah sebuah fragmen naskah Quran kuno yang tersimpan di Hamburg, Jerman. Fragmen ini bukan hanya memuat teks suci, tapi juga menyimpan jejak sejarah perkembangan tulisan Arab, mulai dari tinta hingga sistem kode warna yang digunakan para penyalin Alquran berabad-abad lalu.

Fragmen ini berasal dari naskah Quran kuno bertulisan gaya kufi yang dibuat sekitar abad ke-9 Masehi. Meski hanya terdiri dari 10 lembar perkamen, diperkirakan dulunya naskah ini adalah bagian dari koleksi besar Alquran yang lengkap, tersebar dalam 30 jilid. Menariknya, susunan halaman fragmen ini kini tidak lagi berurutan, dan banyak bagian teks yang sudah tidak bisa terbaca akibat kerusakan.

Dalam penulisan Quran kuno, warna bukan hanya ornamen, tapi juga bahasa kedua yang menyampaikan makna tambahan. Misalnya, titik merah menunjukkan cara membaca utama (qirā’ah utama), sedangkan titik hijau, kuning, atau biru bisa mengindikasikan variasi bacaan yang sah atau bahkan yang tidak umum. Namun seiring waktu, tinta warna-warni itu mengalami degradasi, berubah warna, atau berpindah posisi akibat kelembapan dan cahaya.

Untuk memahami ulang makna di balik warna-warna yang memudar itu, para peneliti dari Universitas Hamburg menggunakan pendekatan lintas disiplin yang disebut archaeometric philology—gabungan antara ilmu filologi (kajian teks) dan arkeometri (analisis ilmiah benda sejarah). Mereka tidak hanya membaca kata, tetapi juga “membaca” pigmen tinta dengan spektroskopi, mikroskop digital, dan pencitraan X-ray untuk mengenali komposisi kimia tinta.

Hasil analisis mengungkap bahwa tinta merah terbuat dari cinnabar (raksa sulfida), tinta biru dari lapis lazuli (ultramarine), kuning dari realgar (arsenik sulfida), dan hijau dari verdigris (tembaga asetat). Namun tak semua berjalan mulus. Beberapa warna sudah terdegradasi, bahkan mengalami kontaminasi silang, mungkin akibat penggunaan alat tulis yang sama untuk beberapa warna. Ini menambah tantangan dalam menafsirkan makna titik-titik warna tersebut.

Para penulis naskah dahulu rupanya tak asal memberi warna. Mereka mengikuti sistem hierarki: merah untuk bacaan utama, hijau dan kuning untuk variasi sah, dan biru untuk bacaan yang lebih jarang atau tak kanonik. Artinya, warna bukan hanya memperindah halaman, tapi juga memberi panduan bacaan yang sangat kompleks—seolah ada ‘lapisan-lapisan suara’ dalam satu teks tertulis.

Kerusakan fisik dan kimia menyebabkan warna-warna ini berubah atau tidak lagi terlihat jelas. Ini bisa mengarah pada kesalahan tafsir—apa yang tampak seperti titik merah mungkin aslinya kuning yang teroksidasi. Oleh karena itu, para filolog tidak bisa hanya mengandalkan mata; mereka butuh teknologi untuk “menyimak” bisikan tinta yang hampir menghilang.

Artikel ini membuktikan bahwa naskah kuno adalah artefak kompleks yang tak cukup hanya diteliti dari sisi agama atau sejarah saja. Dengan bantuan sains, kita bisa mengungkap lapisan informasi yang tersembunyi: siapa yang menulis, bagaimana mereka menulis, dan pesan apa yang coba mereka pertahankan atau ubah. Bahkan perbedaan satu titik bisa mengubah pemahaman atas sebuah ayat.

Fragmen Quran Hamburg ini menunjukkan bahwa teks suci tak hanya diwariskan lewat bacaan, tapi juga lewat bentuk fisiknya. Pilihan warna, jenis tinta, hingga cara menulis menjadi warisan budaya tersendiri. Bahkan dalam kondisi rusak, ia masih bicara—asal kita tahu bagaimana cara mendengarkannya.

Dengan menggabungkan ilmu teknologi modern dan studi teks klasik, para peneliti kini mampu menyingkap lapisan-lapisan makna yang tersembunyi selama berabad-abad. Artikel ini menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas disiplin tidak hanya menjawab pertanyaan lama, tapi juga membuka jalan bagi pertanyaan baru—tentang sejarah, makna, dan bagaimana kita memahami kitab suci dalam konteks materi dan budaya.

 

 

 

 

Sumber: 10.1140/epjp/s13360-025-06343-8

Share:

Facebook
Twitter
Email
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social Media

Popular Post

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Kategori
On Key

Related Posts