Koleksi
Buku Langka Asia Tenggara, Divisi Asia, Perpustakaan Kongres memiliki koleksi
unik dan penting dari empat puluh enam huruf Melayu yang ditulis dalam aksara
Jawi—sebuah adaptasi dari aksara Arab untuk menulis bahasa Melayu.
Korespondensi ini terutama dari raja-raja Melayu dan orang-orang terkemuka
dengan William Farquhar (1744-1839), seorang tokoh kunci dalam pendirian
Singapura modern.
William
Farquhar tiba di Melaka pada tahun 1795 dan kemudian menjabat sebagai Komandan
Inggris di kota pelabuhan itu mulai tahun 1803, dan kemudian sebagai Residen
dan Komandan Inggris (pemimpin sipil dan militer) dari tahun 1813 hingga 1818.
Setelah lebih dari dua dekade di kota pelabuhan Melaka—di mana Farquhar
menjalin hubungan dekat dengan para pemimpin Melayu yang berpengaruh dan
masyarakat lokal—Farquhar diangkat sebagai Residen Singapura. Dia memegang
jabatan ini dari tahun 1819 hingga 1823, dan berperan penting dalam
meningkatkan hubungannya dengan penguasa Melayu untuk keberhasilan perusahaan
British East India Company di Singapura. Huruf-huruf dalam koleksi ini
berbicara tentang dinamika ini. Selain itu, surat-surat tersebut juga
menampilkan contoh-contoh penulisan surat Melayu asli abad ke-19.
Selain
korespondensi dengan Farquhar, koleksi tersebut juga memuat beberapa surat
antara tokoh-tokoh Melayu dan pengusaha, termasuk Cina, dan dengan demikian
memungkinkan sekilas hubungan antarkomunal yang membentuk konteks dunia yang
lebih luas di mana para penguasa Farquhar dan Melayu beroperasi.
Dari
segi kronologi dan ruang lingkup geografis, surat-surat itu mencakup periode
1812 hingga 1832 dan berasal dari Brunei, Kelantan, Terengganu, Pahang, Johor,
Riau, Lingga, Palembang, Pammana, Siak, Singapura, hingga Kamboja. Dua benda
unik dalam koleksi itu adalah surat bertanda tangan Farquhar (Barang 35), tidak
biasa dalam konteks koleksi karena itu adalah satu-satunya surat yang ditulis
dan ditandatangani olehnya dari empat puluh enam, dan surat dari Sultanah Siti
Fatimah binti Jamaluddin Abdul Rahman dari Pammana (Item 40), yang menawarkan
contoh langka ketika seseorang mendengar suara seorang wanita dari dunia
berbahasa Melayu dari hampir dua ratus tahun yang lalu. Surat Sultanah Siti
Fatimah sebenarnya adalah satu-satunya surat Melayu yang diketahui masih ada
dari seorang raja perempuan yang sedang memerintah.
Kumpulan
surat ini adalah salah satu dari tiga sumber utama korespondensi Melayu
Farquhar. Dua lainnya adalah “The Farquhar Letterbook,” di British Library
(Add. 12398 External), dan tiga surat dari Farquhar ke Riau diterbitkan oleh A.
Meursinge in Maleisch leesboek voor eerstbeginnenden en meergevorderden External
(Tweede stukje, Leyden: Luctmans, 1845), hal. 64-70. Sumber-sumber ini
memberikan pandangan tentang surat keluar dan balasan masuk antara Farquhar dan
korespondennya, serta proses negosiasi dan diplomasi dalam konteks dunia Melayu
awal abad kesembilan belas. Ketika mempertimbangkan ketiga sumber tersebut, apa
yang membedakan koleksi Library of Congress adalah bahwa hampir semua surat
adalah asli, bukan salinan juru tulis. Dengan cara itu, koleksi di Library of
Congress memberikan kesempatan yang sangat baik untuk menghargai tidak hanya
nuansa bahasa dalam penulisan surat Melayu, tetapi juga pentingnya ditempatkan
pada presentasi visual, seperti kaligrafi, desain tata letak, dan pelipatan
surat. .
Salah
satu aspek yang sangat penting dari surat-surat asli yang harus disebutkan
adalah kesan segel yang digunakan oleh berbagai penguasa Melayu dan orang-orang
penting dalam korespondensi mereka. Stempel semacam itu mengandung informasi
penting yang terkadang tidak ditemukan dalam surat itu sendiri, seperti nama pengirim
dan bukan hanya gelar orang tersebut. Posisi segel pada halaman juga memberikan
petunjuk tentang hubungan kekuasaan, karena posisi segel pada halaman
bergantung pada status relatif pengirim dan penerima. Enter