Komunitas
Moloku Kie Raha terdiri dari empat penguasa di Maluku, yaitu Ternate, Tidore,
Bacan, dan Jailolo. Maluku dikenal sebagai jalur penting dalam rute perdagangan
maritim pada era jalur sutra. Kehadiran berbagai bangsa seperti Jawa, Tiongkok,
Arab, dan Eropa antara abad ke-14 hingga ke-17 membawa pengaruh besar terhadap
budaya dan bahasa setempat.
Nama
Maluku berasal dari bahasa Arab yang berarti “negara dengan banyak
raja.” Penelitian menunjukkan bahwa istilah ini awalnya merujuk pada
pulau-pulau penghasil cengkeh di bagian barat Pulau Halmahera. Pulau-pulau ini
meliputi Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan. Dalam Ensiklopedi Indonesia,
istilah Moloku Kie Raha digunakan untuk merujuk pada empat penguasa di wilayah
tersebut. Keempat penguasa ini diyakini sebagai keturunan Jafar Shidik, seorang
ulama Jawa yang datang ke Ternate pada tahun 1250 M.
Ternate
memiliki posisi penting dalam perdagangan internasional sejak abad ke-14 hingga
pertengahan abad ke-17. Pada abad ke-16, Ternate dikenal sebagai kota pelabuhan
dan penghasil rempah-rempah. Kedatangan bangsa Eropa ke Maluku dipicu oleh
ketertarikan mereka terhadap rempah-rempah yang diperdagangkan di sana. Sebelum
kedatangan bangsa Eropa, orang Jawa telah menjalin kontak dengan penduduk
Ternate. Nama Ternate disebutkan dalam manuskrip Jawa kuno Negarakertagama yang
ditulis pada tahun 1365 M.
Artikel ini mengungkap 67 manuskrip kuno Moloku Kie Raha yang disimpan oleh
12 pemilik. Isi manuskrip ini beragam, termasuk hikayat, hukum, tarekat,
Al-Qur’an tulisan tangan, fiqih, khutbah, doa, zikir, sastra, levo-levo, hukum
waris, ratib, sejarah, silsilah keluarga, dan astrologi. Sebagian besar
manuskrip menggunakan kertas Eropa dari abad ke-18 dan ke-19. Kondisi manuskrip
bervariasi, beberapa dalam kondisi yang sangat buruk karena tidak terawat.
Naskah-naskah ini ditulis dalam huruf Arab dan Jawi dengan bahasa Arab dan Melayu.
Istana
di Ternate telah lama menjadi tempat penulisan dan penyalinan manuskrip kuno. Skriptorium ini menghasilkan berbagai dokumen seperti
hikayat, perjanjian politik, silsilah keluarga, dan cerita rakyat terkait
kesultanan. Sebagai titik penting dalam rute perdagangan maritim, interaksi
dengan bangsa asing membawa pengaruh besar terhadap budaya tulisan lokal. Hal
ini melahirkan budaya tulisan lokal yang kaya dan beragam. Artikel ini
bertujuan untuk mendigitalisasi dan membuat daftar manuskrip kuno serta
mengungkap pandangan masyarakat Moloku Kie Raha terhadap warisan leluhur
mereka.
Pendekatan
kodikologi fokus pada aspek fisik manuskrip, seperti bahan, bentuk, dan teknik
penulisan. Antropologi digunakan untuk memahami perspektif dan perilaku
masyarakat sebagai pemilik manuskrip. Penelitian ini menemukan bahwa beberapa
pemilik manuskrip enggan membuka akses terhadap manuskrip mereka karena
kekhawatiran akan kerusakan. Namun, ada juga yang terbuka dan memahami
pentingnya pelestarian manuskrip sebagai bukti sejarah dan budaya. Hasil
penelitian menunjukkan adanya pandangan yang beragam di kalangan masyarakat
Moloku Kie Raha mengenai pentingnya pelestarian manuskrip.
Manuskrip
kuno Moloku Kie Raha sebagian besar dalam kondisi yang memprihatinkan. Beberapa
manuskrip tidak memiliki sampul, kotor, lembab, dan tulisannya mulai pudar.
Kondisi ini menghambat upaya pendokumentasian dan pelestarian manuskrip.
Meskipun demikian, penelitian ini berhasil mencatat dan mendigitalisasi
sejumlah manuskrip yang masih dapat diidentifikasi. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk mengkaji dan memahami isi manuskrip-manuskrip ini secara
mendalam.
Pandangan
masyarakat Moloku Kie Raha terhadap manuskrip kuno bervariasi. Beberapa anggota
masyarakat, terutama yang lebih tua, masih memegang teguh tradisi lisan dan
enggan membuka akses terhadap manuskrip. Mereka khawatir manuskrip akan rusak
atau hilang jika dibuka untuk umum. Di sisi lain, beberapa anggota masyarakat
yang lebih muda dan terdidik menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang
pentingnya pelestarian manuskrip. Mereka mendukung upaya pendokumentasian dan
digitalisasi manuskrip sebagai langkah untuk melestarikan warisan budaya.
Pelestarian
manuskrip kuno penting untuk menjaga warisan budaya dan sejarah. Manuskrip ini
menyimpan informasi berharga tentang kehidupan masyarakat masa lalu, termasuk
aspek-aspek sosial, politik, dan keagamaan. Pelestarian manuskrip juga membantu
generasi mendatang untuk memahami dan menghargai sejarah dan budaya mereka.
Upaya pendokumentasian dan digitalisasi manuskrip merupakan langkah penting
dalam pelestarian warisan ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengungkap lebih banyak informasi dari manuskrip-manuskrip yang belum
terungkap.
Manuskrip kuno
Moloku Kie Raha memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Namun, banyak
manuskrip dalam kondisi buruk yang menghambat upaya pelestarian. Pandangan
masyarakat terhadap manuskrip bervariasi, tergantung pada pemahaman mereka
tentang pentingnya pelestarian. Pelestarian manuskrip penting untuk menjaga
warisan budaya dan sejarah bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, diperlukan
upaya lebih lanjut untuk mendokumentasikan, mendigitalisasi, dan mengkaji
manuskrip kuno Moloku Kie Raha secara mendalam.
Sumber: 10.1088/1755-1315/175/1/012059