Mangoli, Kepulauan Sula – Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (TEP UI) kembali mencatat perjalanan penuh tantangan di Kepulauan Sula. Kali ini, tim berhasil menyeberang menuju jantung Mangoli Tengah, yakni Desa Mangoli, sebagai titik awal eksplorasi (4/11/25). Perjalanan dilakukan dengan semangat pengabdian untuk mengenal potensi dan tantangan masyarakat di wilayah ini. Setelah mobil bak terbuka sampai di Desa Mangoli, tim bersiap melanjutkan perjalanan menuju Desa Paslal.
Untuk menuju Desa Paslal, tim melewati Desa Waitulia, Urifola, Waiu, Capalulu, dan Waitinagoi. Tim tidak berhenti di desa-desa tersebut karena tidak termasuk dalam Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) Kementerian Transmigrasi. Sepanjang perjalanan, kondisi jalan menantang dengan medan naik turun dan tikungan tajam. Namun, keindahan alam di kanan kiri jalan menjadi hiburan tersendiri bagi rombongan. Tebing menjulang di satu sisi dan lautan biru di sisi lain menghadirkan pemandangan yang memukau.
Meskipun indah, perjalanan tidak sepenuhnya mudah bagi tim. Beberapa kali kendaraan harus memperlambat kecepatan karena kondisi jalan yang rusak atau jembatan yang nyaris roboh. Tiang-tiang listrik yang miring ke arah laut menambah suasana dramatis perjalanan menuju Paslal. Baru diketahui setelah perjalanan usai, bahwa kemiringan tiang listrik akibat dari abrasi pantai. Para anggota tim harus berhati-hati agar tidak terpeleset atau terkena ranting pohon yang tumbang di sepanjang jalan. Setiap kilometer yang dilalui menjadi pengalaman berharga tentang arti ketangguhan masyarakat pesisir.
Setibanya di Desa Paslal, tim disambut hangat oleh warga setempat. Senyum dan sapaan ramah masyarakat membuat lelah perjalanan seolah terbayar lunas. Desa Paslal terletak di pesisir dengan panorama laut yang memukau dan udara yang masih sangat segar. Suasana kehidupan di desa ini terasa sederhana namun penuh kebersamaan.
Dari keterangan warga, tim menemukan bahwa akses transportasi menjadi salah satu kendala utama warga Paslal. Jalanan terjal sangat menyengsarakan ketika dilewati pada musim panan, dan sangat berbahaya ketika musim hujan. Sementara itu, transportasi laut sangat bergantung pada cuaca, kondisi ini sering kali menghambat mobilitas barang dan orang. Jika gelombang tinggi datang, kapal kecil tak berani berlayar, menyebabkan isolasi sementara bagi masyarakat. Kondisi ini berdampak pada ekonomi desa yang sebagian besar bergantung pada hasil kelapa. Selain itu, distribusi kebutuhan pokok pun menjadi tidak menentu.
Kelapa menjadi komoditas utama sekaligus sumber penghidupan mayoritas penduduk Desa Paslal. Hampir setiap keluarga memiliki kebun kelapa yang dikelola secara turun-temurun. Namun, harga jual kopra sering kali fluktuatif dan ditentukan oleh tengkulak dari luar pulau. Kondisi ini membuat petani kelapa sulit memperoleh keuntungan maksimal. Tim TEP UI mencatat bahwa diversifikasi produk olahan kelapa berpotensi menjadi solusi untuk meningkatkan nilai ekonomi.
Selain potensi ekonomi, Desa Paslal juga memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Di sekitar Pulau Nofanini, yang menjadi bagian dari Desa Paslal, tersimpan potensi wisata bahari yang luar biasa. Air lautnya jernih, pasir putih membentang luas, dan biota lautnya masih terjaga alami. Namun, potensi wisata ini belum digarap secara optimal karena keterbatasan akses dan infrastruktur. Masyarakat berharap ada dukungan pemerintah dan perguruan tinggi untuk mengembangkan ekowisata berkelanjutan di wilayah ini.
TEP UI juga melakukan diskusi kelompok dengan masyarakat untuk menggali aspirasi dan harapan mereka. Kepala Desa Paslal menyampaikan keinginan agar ada peningkatan fasilitas pendidikan dan kesehatan di desa. Akses ke layanan dasar masih terbatas karena jarak ke pusat kecamatan cukup jauh. Masyarakat mengandalkan tenaga medis dan guru yang jumlahnya terbatas. Kondisi ini menunjukkan pentingnya intervensi kebijakan berbasis kebutuhan lokal.
Selain berdialog, tim juga melakukan observasi sosial dan lingkungan untuk mendukung penyusunan program pemberdayaan. Beberapa data yang dikumpulkan meliputi kondisi ekonomi, infrastruktur, serta potensi sumber daya alam. Data ini diharapkan menjadi dasar bagi TEP UI dalam merancang rekomendasi kebijakan yang relevan dan berkelanjutan. Pendekatan partisipatif diterapkan agar masyarakat merasa dilibatkan secara aktif. Tujuannya agar program yang disusun tidak hanya bersifat sementara, tetapi mampu tumbuh bersama warga.
Dari hasil pengamatan, tim menyimpulkan bahwa Desa Paslal memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Namun, untuk mencapai potensi maksimal tersebut, diperlukan sinergi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi. Kolaborasi ini penting untuk menciptakan program yang berkelanjutan dan sesuai konteks lokal. Pelatihan kewirausahaan, pengolahan hasil kelapa, serta manajemen wisata bisa menjadi langkah awal. Dukungan kebijakan yang berpihak pada desa juga menjadi faktor kunci keberhasilan.
Perjalanan menuju Paslal menjadi simbol nyata semangat pantang menyerah tim pengabdian. Di tengah jalan rusak, terik matahari, dan risiko medan berat, semangat tidak surut. Justru dari keterbatasan itulah muncul kesadaran bahwa pembangunan Indonesia harus merata hingga pelosok. Setiap desa memiliki potensi yang perlu diberi ruang untuk tumbuh. Paslal menjadi cermin kecil dari perjuangan daerah-daerah lain di tanah air.
Penulis: Ardiansyah BS (TEP UI)
Foto: Ardiansyah BS (TEP UI)


