Edit Content

Menelaah Bentuk dan Variasi Aksara Lampung pada Naskah Kuno

Artikel ini
membahas evolusi aksara Lampung yang ditemukan dalam manuskrip kuno menggunakan
pendekatan filologi dan paleografi. Manuskrip NLP97N69 ditemukan di Indonesia,
sementara
manuskrip Hahiwang
berada di Jerman. Aksara Lampung kuno menunjukkan variasi bentuk dan fungsi
yang signifikan dibandingkan dengan aksara Lampung modern. Studi ini bertujuan
untuk menggambarkan bentuk dan variasi aksara Lampung dalam manuskrip kuno ini.
Selain itu juga
menyoroti kebutuhan pengguna aksara yang mendorong perubahan dalam bentuk
aksara tersebut.

Aksara
Lampung adalah salah satu aksara yang masih digunakan di Indonesia, meskipun
penggunaannya terbatas untuk tujuan dekoratif. Pemerintah telah mengeluarkan
peraturan untuk memasukkan bahasa dan aksara Lampung dalam kurikulum sekolah
untuk mencegah kepunahannya. Aksara Lampung yang saat ini diajarkan adalah
versi modern yang disederhanakan dari aksara kuno. Banyak orang Lampung tidak
mengenali aksara kuno yang ditemukan dalam manuskrip.

Dua
manuskrip yang dianalisis adalah NLP97N69 dan Hahiwang. Manuskrip tersebut
diperiksa secara fisik dan aksara di dalamnya dibandingkan dengan aksara
Lampung modern dan tabel aksara Van der Tuuk. Perbedaan dalam karakter aksara
ditemukan antara manuskrip kuno dan aksara modern.
Manuskrip NLP97N69 terbuat dari kulit kayu dan berada
dalam kondisi baik, meskipun ada kerusakan ringan pada beberapa halaman.
Manuskrip ini mengandung cerita tentang Nur Muhammad dan diperkirakan ditulis
setelah abad ke-17. Ukurannya adalah 18,8 cm x 12,4 cm dengan 13 halaman teks.
Aksara yang digunakan adalah aksara Lampung dengan tinta hitam, dan ada
ilustrasi bunga yang menunjukkan awal bab baru. Manuskrip ini juga tidak
memiliki kolofon yang memberikan informasi tentang usia manuskrip.

Manuskrip
Hahiwang terbuat dari bambu yang telah direndam dan dikeringkan untuk digunakan
sebagai media tulis. Manuskrip ini disimpan di Staatsbibliothek zu Berlin dan
dikatalogkan sebagai Schoem IX 1. Ukuran manuskrip adalah 12,5 cm x 2 cm dengan
26 halaman teks. Aksara yang digunakan adalah aksara Lampung, dan tidak ada
tinta yang digunakan karena bambu diukir dengan alat khusus. Manuskrip ini juga
tidak memiliki kolofon untuk menentukan usianya, tetapi diperkirakan ditulis
setelah abad ke-16.

Aksara
Lampung dalam manuskrip kuno menunjukkan variasi bentuk yang signifikan
dibandingkan dengan aksara modern. Misalnya, aksara “ka” dan
“ga” dalam manuskrip kuno berbeda dalam bentuk dan gaya penulisan
dari aksara modern. Studi ini menemukan bahwa beberapa karakter aksara dalam
manuskrip kuno tidak ada dalam aksara modern. Perbedaan ini menunjukkan bahwa
aksara Lampung telah mengalami perubahan seiring waktu untuk memenuhi kebutuhan
penggunanya. Aksara “gha” adalah contoh aksara yang baru ditambahkan
dalam aksara modern untuk memenuhi kebutuhan fonetik.

Pengaruh
Kolonialisme Kolonialisme telah mempengaruhi penggunaan dan perkembangan aksara
Lampung. Manuskrip kuno menunjukkan bahwa aksara ini digunakan secara luas
sebelum kedatangan kolonialisme. Namun, setelah kolonialisme, penggunaan aksara
ini menurun dan hanya digunakan untuk tujuan dekoratif. Pemerintah berusaha
untuk menghidupkan kembali penggunaan aksara ini melalui pendidikan dan
regulasi. Studi ini juga menunjukkan pentingnya memahami konteks sejarah untuk
memahami perkembangan aksara Lampung.

Artikel ini
memberikan wawasan penting tentang bentuk dan variasi aksara Lampung kuno. Hal
ini penting untuk upaya pelestarian bahasa dan aksara Lampung. Studi lebih
lanjut diperlukan untuk memahami lebih dalam tentang perubahan aksara ini dan
pengaruh sosial-budaya yang mempengaruhinya.
Penting untuk
melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian. Kolaborasi dengan ahli
bahasa, sejarawan, dan masyarakat adat akan memperkaya pemahaman tentang aksara
Lampung.

Aksara Lampung
telah mengalami perubahan signifikan dalam bentuk dan penggunaannya. Aksara
kuno menunjukkan variasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan aksara modern
yang disederhanakan. Studi ini menekankan pentingnya pelestarian aksara dan
bahasa Lampung melalui pendidikan dan regulasi pemerintah. Kolaborasi antara
pemerintah, akademisi, dan masyarakat adat sangat penting untuk upaya ini.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih dalam tentang sejarah
dan perkembangan aksara Lampung.

Artikel
ini merekomendasikan beberapa langkah untuk pelestarian aksara Lampung,
termasuk pendidikan, penelitian, dan regulasi. Pemerintah harus terus mendukung
inisiatif pendidikan yang memasukkan aksara Lampung dalam kurikulum sekolah.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi variasi lain dalam
aksara Lampung kuno. Kolaborasi dengan masyarakat adat dan ahli bahasa akan
sangat berguna. Upaya ini akan membantu memastikan bahwa aksara Lampung tetap
hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.

 

 

 

Sumber: 10.37394/232015.2022.18.22

Tag :

Share:

Facebook
Twitter
Email
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social Media

Popular Post

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Kategori
On Key

Related Posts