Seorang sarjana Belanda, L. F. Brakel, mengembara dari Belanda menuju Australia, Amerika Serikat dan Indonesia untuk menghasilkan edisi teks Hikayat Muhammad Hanafiyyah (HMH). Dalam risetnya, ia menemukan 30 manuskrip berbahasa Melayu. Pengembaraan L. F. Brakel dilanjutkan Dewaki Kramadibrata dalam sebuah disertasi pada tahun 2015 di Universitas Indonesia. D. Kramadibrata menemukan naskah HKAUUA milik Amanullah Ripamole di Pulau Haruku, Maluku.
Edisi teks HMH dan naskah HKAUUA mengawali cerita dengan suksesi kepemimpinan umat muslim dari Umar bin Khattab ke Utsman bin ‘Affan dilanjutkan Ali bin Abi Thalib. Fitnah dan rivalitas pendukung yang memperebutkan sosok pemimpin ideal menjadi malapetaka. Ali dianggap kurang serius dalam mengusut dalang dibalik pembunuhan Utsman. Sengketa antara Ali dan Muawiyah, Gubernur Kufah, tak terhindarkan. Terjadilah Perang Siffin yang menimbulkan umat muslim terbagi menjadi tiga kelompok: golongan Muawiyah, golongan Ali (Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan Ali (Khawarij).
Abdurrahman bin Muljam al-Muradi yang dikenal dengan Ibnu Muljam membunuh Ali bin Abi Thalib. Seorang Persia yang keluar dari barisan Ali karena tidak sepakat dengan keputusan Ali berdamai dengan Muawiyah. Selain itu, Ibnu Muljam menaruh dendam terhadap kepemimpinan umat muslim karena telah menghancurkan kerajaannya terdahulu.
Islam menjadi rahmat bagi semesta, namun seringkali agama menjadi alat untuk menjustifikasi kepentingan pribadi. Perebutan kepemimpinan dalam sejarah perkembangan umat muslim memetakan warna bagaimana setiap golongan bersikap. Ibnu Muljam dari golongan Khawarij mempunyai pemahaman ekstrem, mendorongnya melakukan aksi teror hingga terbunuhnya Ali bin abi Thalib.
Perihal pemahaman ekstrem sebagai pintu masuk aksi terorisme, John A. Turner menulis sebuah buku berjudul Religious Ideology and The Roots of the Global Jihad yang diterbitkan Palgrave Macmillan. Buku ini menjelaskan bagaimana ideologi keagamaan dan akar dari jihad global. Sama halnya dengan Mohamed Bin Ali yang menulis sebuah buku berjudul The Roots of Religious Extremism yang diterbitkan Imperial College Press. Kedua buku ini menarik untuk dipelajari lebih dalam.
Terorisme dan Nasionalisme
Terorisme dan nasionalisme menjadi nomenklatur yang sering diperbincangkan. Terorisme merupakan paham yang menggunakan kekerasan, intimidasi dan semacamnya untuk menimbulkan ketakutan, kecemasan, hingga korban jiwa dalam mencapai tujuan. Terorisme mempunyai sejarah panjang dalam perkembangan kehidupan manusia, bertransformasi dari masa ke masa memanfaatkan perkembangan teknologi. Berbagai sebab melatarbelakangi aksi terorisme, konsep negara dan perebutan sosok pemimpin ideal menjadi salah satu alasan kuat terjadinya aksi terorisme.
Bentuk negara terus berubah seiring perkembangan zaman. Nasionalisme sebagai kualitas dan integritas kesadaran nasional warga bangsa. Konsep negara bangsa dalam dunia modern membentuk identitas baru nasionalisme. Agama, budaya dan konstitusi negara menjadi pembeda antarbangsa. Keyakinan terhadap ideologi tertentu dan sikap ekstrem dalam mencapai tujuan seringkali mempertentangkan nasionalisme yang berujung aksi teror. Padahal, nasionalisme adalah bagian dari agama dan tidak ada ajaran agama yang membenarkan aksi terorisme. Agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan, keduanya saling menguatkan.
Keyakinan terhadap ideologi tertentu menjadi pintu masuk terorisme. Label radikalisme atau ekstremisme seolah tak pernah habis diperdebatkan, terutama dalam pelabelan terhadap seseorang atau kelompok tertentu. Politik, agama, dan budaya menjadi bias yang seringkali membingungkan. Hal penting yang perlu dilakukan menghindari provokasi yang mengarah pada sikap ekstrem adalah pemahaman secara mendalam dan tidak mudah menjustifikasi seseorang atau kelompok tertentu dengan sesuatu yang belum jelas faktanya.
Manuskrip Keagamaan
Tidak semua negara memiliki peninggalan tertulis dari masa lalu. Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya dalam hal warisan naskah kuno atau manuskrip. Kearifan yang terkandung dalam manuskrip merupakan suara asli masyarakat Indonesia. Manuskrip-manuskrip keagamaan yang mengulas tentang nasionalisme antara lain: Amanat Galunggung, al-Maslak al-Jaliy, Cempakadilaga, Tuanku Imam Bonjol, dan Syair Perang Kamang.
Amanat Galunggung sebagai salah satu manuskrip yang membahas tentang nasionalisme, secara umum berisi tentang nasihat dan ajaran hidup Prabu Darmasiksa bagi para pemimpin. Prabu Darmasiksa merupakan Pakuan Padjajaran yang sebelumnya memerintah di wilayah Saunggalah daerah Galunggung. Beberapa nasihat tersebut antara lain: 1) Jangan bentrok dan berkeras karena berselisih maksud, hendaklah rukun dalam tingkah laku dan tujuan, 2) Janganlah dengan sengaja memperebutkan yang lurus, yang benar, yang jujur, yang lurus hati, 3) Jangan berebut kedudukan, penghasilan, dan hadiah, bersama-samalah berbuat kemuliaan dengan perbuatan, ucapan dan itikad, 4) Mereka yang utama adalah yang banyak memiliki keterampilan, cerdas, dan cekatan.