Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Daerah Istimewa Yogyakarta me-launching Serat Kidung Pangastawa dalam bentuk flipbook. Ini merupakan upaya preservasi naskah kuno dengan digitalisasi dalam bentuk integrasi naskah kuno, musik gamelan dan multimedia berupa flipbook. Teks Naskah Serat Kidung Pangostowa merupakan koleksi Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DI Yogyakarta dengan kode koleksi 5.73 ditulis pada tahun 1845 J atau 1915 Masehi. Merupakan teks Jawa yang ditulis dengan aksara Jawa dengan corak ngetumbar dalam bentuk tembang atau kidungan dengan diiringi musik gamelan. Kidung ini khusus digunakan pada pernikahan Sunan Paku Buwana X raja di Surakarta dengan putri Sri Sultan Hamengku Buwana VIl raja Kasultanan Yogyakarta. PBX bertahta tahun 1893-1939.
Naskah Serat Kidung Pangastawa ditulis dalam 20 halaman. Kidung atau tembang tersebut dibawakan dalam beberapa hari selama pelaksanaan pesta pernikahan antara Sunan Paku BuTeks Naskah Serat Kidung Pangostowa merupakan koleksi Balai pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DI Yogyakarta dengan kode koleksi 5.73 ditulis pada tahun 1845 J atau 1915 Masehi. Merupakan teks Jawa yang ditulis dengan aksara Jawa dengan corak ngetumbar dalam bentuk tembang atau kidungan dengan diiringi musik gamelan. Kidung ini khusus digunakan pada pernikahan Sunan Paku Buwana X raja di Surakarta dengan putri Sri Sultan Hamengku Buwana VIl raja Kasultanan Yogyakarta. PBX bertahta tahun 1893-1939.
Naskah Serat Kidung Pangastawa ditulis dalam 20 halaman. Kidung atau tembang tersebut dibawakan dalam beberapa hari selama pelaksanaan pesta pernikahan antara Sunan Paku Buwana dari Surakarta dengan Putri Sultan Hamengku Buwana di Yogyakarta. Lagu-lagu atau tembang yang diiringi dengan musik gamelan tersebut dibawakan mulai hari Rabu Paing hingga Senin Malam atau malem Selasa Pon. Sehingga selama satu minggu penuh pesta pernikahan tersebut diiringi dengan alunan musik gamelan. Masing-masing hari diiringi dengan kidung yang berbeda-beda dan tembang yang berbeda-beda.
Setiap tembang diawali dengan lagu pembuka yang disebut bawa. Setiap tembang pun berbeda-beda bunyi lagu pembuka atau bawa. Beberapa tembang atau lagu yang dibawakan antara lain pada hari Rabu dibawakan Kidung Pangastawa dengan diawali bawa Sekar Retnamulya dengan gendhing Sriwidada. Kemudian pada malam harinya dan Kamis siang dengan Kidung Panyidikara dengan bawa Sekar Ciptamaya dan gending Boyong.
Pada malam Jumat adalah Kidung Pamursita dengan bawa Sekar Kangen asmara dan gendhing Srikarongron. Pada hari Jumat siang Kidung Pamudya dengan bawa Sekar Sudiwarna dan gendhing Srikuncara. Kemudian pada hari Jumat malam atau malam Sabtu adalah Kidung Sasanti dengan bawa Sekar Kenya Kediri dan gending Sriwibawa. Pada malam Minggu dibawakan Kidung Masanti dengan bawa Sekar Candrakusuma dan gendhing Sriminulya. Kemudian pada hari minggu malam dan Senin siang dibawakan Kidung Pangela-ela dengan bawa sekar Candrawilacita dan gendhing Srikretarta. Dan pada malam Selasa atau terakhir dibawakan Kidung Pamuji dengan bawa sekar Maduretna dengan gendhing Srikaloka.
Dalam teks naskah serat Kidung Pangastawa juga dihias dengan beberapa lukisan dalam bentuk pohon dan tokoh wayang, yaitu Raden Abimanyu dan Dewi Sitisundari. Naskah Flipbook Serat Kidung Pangastawa. wana dari Surakarta dengan Putri Sultan Hamengku Buwana di Yogyakarta. Lagu-lagu atau tembang yang diiringi dengan musik gamelan tersebut dibawakan mulai hari Rabu Paing hingga Senin Malam atau malem Selasa Pon. Sehingga selama satu minggu penuh pesta pernikahan tersebut diiringi dengan alunan musik gamelan. Masing-masing hari diiringi dengan kidung yang berbeda-beda dan tembang yang berbeda-beda.
Setiap tembang diawali dengan lagu pembuka yang disebut bawa. Setiap tembang pun berbeda-beda bunyi lagu pembuka atau bawa. Beberapa tembang atau lagu yang dibawakan antara lain pada hari Rabu dibawakan Kidung Pangastawa dengan diawali bawa Sekar Retnamulya dengan gendhing Sriwidada. Kemudian pada malam harinya dan Kamis siang dengan Kidung Panyidikara dengan bawa Sekar Ciptamaya dan gending Boyong.
Pada malam Jumat adalah Kidung Pamursita dengan bawa Sekar Kangen asmara dan gendhing Srikarongron. Pada hari Jumat siang Kidung Pamudya dengan bawa Sekar Sudiwarna dan gendhing Srikuncara. Kemudian pada hari Jumat malam atau malam Sabtu adalah Kidung Sasanti dengan bawa Sekar Kenya Kediri dan gending Sriwibawa. Pada malam Minggu dibawakan Kidung Masanti dengan bawa Sekar Candrakusuma dan gendhing Sriminulya. Kemudian pada hari minggu malam dan Senin siang dibawakan Kidung Pangela-ela dengan bawa sekar Candrawilacita dan gendhing Srikretarta. Dan pada malam Selasa atau terakhir dibawakan Kidung Pamuji dengan bawa sekar Maduretna dengan gendhing Srikaloka.
Dalam teks naskah serat Kidung Pangastawa juga dihias dengan beberapa lukisan dalam bentuk pohon dan tokoh wayang, yaitu Raden Abimanyu dan Dewi Sitisundari. Naskah Flipbook Serat Kidung Pangastawa.