Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan menjadi isu penting dalam berbagai kajian akademik, terutama dalam konteks lingkungan. Di Indonesia, agama memiliki peran signifikan dalam membentuk kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap isu lingkungan. Studi ini membahas bagaimana komunikasi pembangunan partisipatif berbasis agama dapat menjadi sarana efektif dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam isu-isu lingkungan.
Dalam konteks pembangunan partisipatif, agama menjadi elemen kunci dalam menyebarkan nilai-nilai keberlanjutan. Di berbagai komunitas, kegiatan keagamaan seperti Yasinan, Berjanjen, dan Tahlilan tidak hanya menjadi sarana ibadah, tetapi juga media komunikasi sosial yang efektif. Melalui kegiatan ini, ajaran agama dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan.
Komunikasi berbasis agama memiliki keunggulan dalam menjangkau masyarakat luas karena sifatnya yang informal dan berbasis kepercayaan. Pendekatan ini memungkinkan pesan lingkungan tersampaikan dengan cara yang lebih dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu, karena kegiatan keagamaan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, pesan-pesan lingkungan yang disisipkan di dalamnya lebih mudah dipahami dan diinternalisasi.
Studi ini menemukan bahwa dalam komunitas tertentu, masjid dan rumah ibadah lainnya berfungsi sebagai pusat informasi dan edukasi lingkungan. Para pemuka agama sering kali berperan sebagai fasilitator dalam menyampaikan pesan terkait praktik berkelanjutan, seperti pengelolaan sampah berbasis komunitas dan konservasi sumber daya alam. Dengan demikian, pesan lingkungan dapat lebih efektif diterima oleh masyarakat melalui otoritas moral yang dimiliki pemuka agama.
Selain peran pemuka agama, komunitas keagamaan juga memiliki potensi besar dalam mengorganisir aksi-aksi nyata terkait lingkungan. Program-program berbasis keagamaan, seperti gotong royong membersihkan lingkungan setelah kegiatan keagamaan atau program penghijauan berbasis masjid, menjadi bukti nyata bahwa agama dapat menjadi motor penggerak perubahan sosial yang positif.
Pentingnya integrasi antara nilai-nilai agama dan kesadaran lingkungan juga didukung oleh kebijakan yang berorientasi pada partisipasi masyarakat. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah mulai menggandeng lembaga keagamaan dalam berbagai program lingkungan. Misalnya, program penghijauan yang melibatkan komunitas berbasis agama terbukti lebih berkelanjutan dibandingkan dengan pendekatan yang hanya berbasis kebijakan administratif.
Namun, terdapat tantangan dalam mengimplementasikan komunikasi pembangunan berbasis agama ini. Beberapa komunitas masih memiliki pemahaman yang terbatas mengenai hubungan antara agama dan lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya strategi komunikasi yang lebih sistematis agar pesan lingkungan dapat lebih luas diterima dan dipahami.
Selain itu, pendekatan berbasis agama ini perlu dikombinasikan dengan pendekatan ilmiah agar dapat menghasilkan perubahan perilaku yang lebih signifikan. Edukasi berbasis sains yang dikombinasikan dengan nilai-nilai agama dapat meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa menjaga lingkungan bukan hanya kewajiban sosial, tetapi juga bagian dari ibadah.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa agama memiliki peran strategis dalam komunikasi pembangunan partisipatif di bidang lingkungan. Dengan memanfaatkan jaringan sosial berbasis agama, pesan-pesan lingkungan dapat lebih mudah diterima dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai rekomendasi, pemerintah dan organisasi lingkungan perlu lebih aktif menggandeng komunitas keagamaan dalam program-program keberlanjutan. Dengan memperkuat sinergi antara agama dan kesadaran lingkungan, diharapkan dapat tercipta masyarakat yang lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan serta mampu menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan secara lebih efektif.
Sumber: https://doi.org/10.12895/jaeid.20192.887
