Transmigrasi adalah salah satu program besar pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk pemerataan penduduk dan pembangunan wilayah. Desa Modapuhi Trans 2 di Mangoli Utara menjadi salah satu lokasi program ini. Tidak semua keluarga mampu bertahan menghadapi tantangan lingkungan di sana. Dari sekian banyak, hanya lima keluarga yang masih bertahan. Salah satunya adalah keluarga Pak Arif, transmigran asal Situbondo.
Pak Arif dan keluarganya datang ke Modapuhi pada tahun 2017 dengan harapan dapat memperbaiki taraf hidupnya. Pak Arif datang bersama 90 KK lainnya dari 130 kuota yang disediakan pemerintah. Dari 90 KK ini, menyisakan 5 KK yang tetap bertahan, salah satunya keluarga Pak Arif. Ketika Tim Ekspedisi Patriot melewati pemukiman transmigrasi baru, tampak rumah-rumah terbengkalai yang ditinggalkan penghuninya.
Kawasan pemukiman transmigrasi baru ini tampak sepi, berbeda dengan pemukiman transmigrasi lama (program era 90an) yang tampak lebih ramai, bahkan berpotensi dinobatkan sebagai kampung moderasi beragama. Secara geografis, pemukiman transmigrasi lama lebih jauh daripada pemukiman transmigrasi baru. Lantas apa yang menyebabkan transmigrasi baru gagal?
Sebagai petani dari Jawa Timur, ia membawa semangat untuk mengolah tanah baru. Namun, lahan di kawasan ini memiliki tantangan yang jauh lebih berat dibandingkan tanah asalnya. Potensi bencana banjir menjadi ancaman tahunan. Kondisi ini yang membuat sebagian besar keluarga lain transmigrasi baru memilih meninggalkan lokasi.
Meski demikian, keluarga Pak Arif tetap berkomitmen untuk bertahan. Ia percaya bahwa kerja keras akan membuahkan hasil. Bersama istri dan anak-anaknya, mereka mengolah lahan dengan teknik sederhana. Hasil pertanian tidak selalu melimpah, tetapi cukup untuk menopang kebutuhan hidup. Tekad inilah yang membuatnya berbeda dari keluarga lain.
Setiap musim hujan, desa dan lahan mereka berubah menjadi wilayah rawan bencana. Air dari perbukitan meluap dan menggenangi lahan pertanian. Sawah yang sudah ditanami sering rusak diterjang banjir. Bagi sebagian orang, hal ini menjadi alasan kuat untuk menyerah. Namun bagi Pak Arif, semua itu hanyalah ujian ketekunan.
Dalam menghadapi ancaman banjir, Pak Arif mencoba berbagai inovasi sederhana. Ia membuat pagar alami, meninggikan bedeng tanaman agar tidak mudah terendam. Selain itu, ia menanam jenis tanaman yang lebih tahan genangan. Usahanya tidak selalu berhasil, tetapi ia terus belajar dari pengalaman. Prinsipnya adalah bertahan dengan segala cara yang memungkinkan.
Keluarga Pak Arif tidak hanya berfokus pada pertanian. Mereka juga memelihara ternak seperti sapi dan kambing. Ternak ini menjadi cadangan ekonomi ketika hasil panen tidak mencukupi. Dengan diversifikasi ini, mereka bisa tetap bertahan meskipun kerugian pertanian cukup besar. Hal ini menunjukkan kecerdasan adaptasi di tengah kesulitan.
Tim Ekspedisi Patriot Mangoli yang mendokumentasikan kisah Pak Arif menemukan banyak pelajaran berharga. Salah satunya adalah tentang pentingnya pendampingan dan pelatihan secara berkala untuk ketahanan sosial dan ekonomi keluarga transmigran. Pak Arif tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga mengembangkan strategi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Kisahnya menggambarkan bagaimana semangat manusia bisa menaklukkan tantangan alam. Dokumentasi ini diharapkan menjadi inspirasi bagi transmigran lainnya, dan menjadi perhatian bagi pemerintah.
Selain aspek ekonomi, keluarga Pak Arif juga menjaga nilai-nilai sosial dan budaya. Meski jauh dari kampung halaman di Situbondo, mereka tetap memelihara tradisi Madura. Bahasa daerah, makanan khas, dan kebiasaan gotong royong tetap dilestarikan. Hal ini memperkuat identitas mereka di tanah rantau. Kehidupan budaya menjadi salah satu penopang ketahanan mereka.
Pak Arif sadar bahwa bertahan di wilayah berisiko bukan hanya soal fisik, tetapi juga mental. Ia selalu menanamkan optimisme kepada anak-anaknya. Pendidikan menjadi prioritas utama, meskipun akses sekolah tidak selalu mudah. Dengan pendidikan, ia berharap generasi berikutnya lebih siap menghadapi tantangan hidup. Keyakinan ini memberi motivasi untuk terus berjuang.
Bagi para peneliti sosial, kisah Pak Arif merupakan contoh nyata dari ketahanan komunitas. Fenomena transmigrasi tidak hanya bicara soal perpindahan fisik, tetapi juga soal adaptasi psikologis dan sosial. Kesuksesan program transmigrasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam menghadapi risiko. Pak Arif menjadi simbol bagaimana ketekunan bisa melawan keterbatasan. Ceritanya memperkaya kajian tentang pembangunan perdesaan.
Kondisi geografis Desa Modapuhi Trans 2 sebenarnya menyimpan potensi besar. Tanahnya subur dan bisa menghasilkan berbagai komoditas pertanian. Sayangnya, ancaman banjir membuat potensi itu tidak optimal. Ekspedisi Patriot Mangoli menilai bahwa kisah Pak Arif harus dipublikasikan lebih luas. Cerita ini tidak hanya menyentuh sisi kemanusiaan, tetapi juga memberi masukan untuk kebijakan transmigrasi. Kebijakan tidak cukup hanya memindahkan penduduk, tetapi juga memastikan keberlanjutan hidup mereka. Infrastruktur, pendampingan, dan teknologi pertanian menjadi kebutuhan mendesak. Tanpa itu, banyak transmigran akan gagal bertahan.
Pak Arif adalah bukti bahwa semangat tidak pernah padam meski didera kesulitan. Ia menunjukkan bagaimana manusia bisa beradaptasi dengan kondisi yang keras. Ketekunannya memberikan harapan bagi komunitas transmigrasi yang lain. Ceritanya juga menunjukkan nilai luhur gotong royong yang tetap dijaga di tanah baru. Dalam dirinya, terkandung pelajaran besar tentang daya juang.
Keluarga Pak Arif memang tidak hidup dalam kemewahan. Namun, mereka hidup dengan rasa syukur yang besar. Setiap panen, meski kecil, dianggap sebagai anugerah. Bagi mereka, bertahan di tanah transmigrasi adalah bagian dari ibadah dan pengabdian. Keyakinan religius ini memberi energi spiritual untuk melanjutkan hidup.
Akhirnya, kisah Pak Arif menjadi refleksi penting bagi kita semua. Transmigrasi bukan sekadar perpindahan, tetapi sebuah perjalanan panjang penuh perjuangan. Di tengah keterbatasan, ia mampu membangun harapan baru. Dokumentasi Tim Ekspedisi Patriot Mangoli menegaskan nilai kemanusiaan yang tak ternilai. Dari Situbondo ke Modapuhi, Pak Arif menjadi teladan kegigihan di tanah baru.
Penulis: Ardiansyah BS (TEP UI Mangoli)
Foto: Ardiansyah BS (TEP UI Mangoli)