PENULIS : Ampri Bayu Saputro
EDITOR : Ardiansyah BS
TEBAL HALAMAN : viii+288
UKURAN BUKU : 18,2 x 25,7 cm
ISBN : 978-623-99940-2-0
DESKRIPSI :
Topeng tidak bisa dihindarkan dari sebuah kepercayaan primitif karena merupakan salah satu produk kebudayaan tertua di jagad ini. Hampir setiap bangsa di berbagai pelosok dunia mempunyai kebudayaan penutup wajah dalam berbagai wujud dan karakternya. Kiranya hingga kini pun benda penutup wajah itu masih menjadi bagian tradisi atau ekspresi estetik masyarakat dunia. Bahkan pada masyarakat yang masih lekat dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, benda tersebut bukan hanya dipandang sebagai sekedar penutup wajah namun dianggap memiliki kekuatan magis dan bernilai sakral.
Di Nusantara (baca: Indonesia), topeng memiliki dua unsur yang berbeda, yakni sebagai unsur keagamaan dan kesenian. Dalam konteks keagamaan, topeng kerap digunakan sebagai media ritual lantaran dianggap sebagai media untuk masuk kedalam semesta yang lain. Pada penyelenggaraan upacara-upacara ritual saja, benda yang satu ini dimanfaatkan sebagai perantara antara dunia roh dan manusia. Kehadiran nenek moyang dalam topeng berarti pemulihan hubungan kedua dunia tersebut. Pemahaman ini terpelihara beratus-ratus tahun dan hingga kini masih terpelihara, meskipun dalam jumlah yang tidak cukup banyak.
Topeng sejak masa pra sejarah menjadi barang penting. Keberadaan topeng pada masa itu di ditandainya adanya motif tertentu yang menghiasi area topeng. Sebut saja berupa motif pada tempayan, kendi, nekara, kapak perunggu, kalamba dan lukisan pada batu cadas atau dinding gua. Motif-motif tersebut erat kaitannya dengan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Pada nekara perunggu misalnya, yang digunakan sebagai ritual memanggil hujan terukir gambar-gambar protype wajah. Ini menunjukkan pada masa tersebut masyarakat di Nusantara telah mengenal konsep bentuk topeng, yang saat itu dianggap sebagai simbol perubahan identitas, bekal kubur hingga lambang keabadian.
Pada akhirnya topeng dengan pemahaman semesta yang melingkupinya, mampu bertahan ratusan tahun bahkan sebagai benda budaya, topeng kini juga diperlakukan istimewa. Perayaan bertema topeng banyak diselenggarakan, idiom-idiom topeng pada akhirnya membuat topeng itu sendiri semakin membumi. Meskipun pelestari topeng di sisi lain, semakin menipis dan berkurang.
Sebagai buku yang dikonsep dengan Trilogi [Trilogi merupakan konsep kesatuan gagasan atau pokok pikiran yang dituangkan dalam tiga bagian yang saling terhubung. Dalam ranah kesusastraan, istilah ini memiliki arti seri karya yang terdiri atas tiga satuan yang saling berhubungan dan mengembangkan satu tema], pada bagian seri pertama ini akan membicarakan banyak hal terkait dengan topeng dan manifestasi ritual upacaranya. Pada Bab I berisi definisi topeng berikut dengan pemahaman disekitar benda topeng itu sendiri. Bab II berisi topeng dan kepercayaan kuno. Bab III berisi keberagaman topeng dalam ritus yang ada di seluruh wilayah Nusantara. Bab IV berisi tentang Topeng dan pandangan kebudayaan.
Info dan pemesanan silahkan menghubungi wa.me/6285173179842