Mangoli, Kepulauan Sula — Setelah sempat tertahan akibat cuaca buruk yang mengguncang perairan Maluku Utara, Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (TEP UI) akhirnya berhasil menjejakkan kaki di Kawasan Transmigrasi Mangoli Tengah dan Selatan (4/11/25). Kedatangan tim disambut dengan pemandangan menakjubkan: sekawanan lumba-lumba yang berenang mengiringi kapal di tengah laut biru Maluku.
Perjalanan panjang ini bukan tanpa rintangan. Sebelumnya, TEP UI harus menunda keberangkatan selama beberapa hari karena ombak tinggi dan hujan lebat yang melanda perairan sekitar Kepulauan Sula. Cuaca ekstrem membuat tim gagal menyeberang bulan lalu. Akses darat wilayah Mangoli Tengah dan Selatan ini terputus dari wilayah utara dan barat, dan tidak ada kapal besar yang bersandar. Hanya ada feri yang jadwalnya tidak setiap hari, sehingga warga lebih mengandalkan perahu.
Pada percobaan kedua ini, cuaca relatif tenang, hanya terlihat beberapa awan hitam dan sesekali rintik hujan. Tim sempat mendapati hujan lokal di sekitar wilayah Mangoli Tengah, namun saat kapal mulai mendekati Sanana, langit kembali cerah, dan dari kejauhan muncul sekumpulan lumba-lumba yang seolah menyambut kedatangan tim. Momen tersebut menjadi simbol kebahagiaan sekaligus penanda dimulainya tahap baru kegiatan eksplorasi di wilayah ini. “Rasanya seperti hadiah setelah semua perjuangan di laut. Pemandangan lumba-lumba itu membuat seluruh tim bersemangat lagi,” ungkap salah satu anggota TEP UI.
Setelah sampai di Sanana, TEP UI berencana melanjutkan perjalanan menuju Desa Paslal keesokan harinya menggunakan perahu. Pada awalnya, laut relatif tenang, namun ketika melewati Selat Mangoli, laut mulai bergelombang dan berpotensi membasahi tim. Setelah pengemudi perahu memberikan saran, TEP UI merubah rute sehingga harus bersandar di Desa Mangoli, pusat kecamatan Mangoli Tengah, dilanjutkan menggunakan mobil pick up menuju Desa Paslal.
Di wilayah Mangoli Tengah dan Selatan, tim segera menyadari bahwa karakter geografis dan sosial di kawasan ini berbeda dengan wilayah Mangoli Utara maupun Barat yang lebih dulu mereka singgahi. Vegetasi di Mangoli Tengah dan Selatan tampak jauh lebih subur; hamparan hutan tropis dengan pepohonan lebat tumbuh di sepanjang pesisir dan perbukitan. Tanahnya yang lembap dan hijau muda menjadi ciri khas kawasan ini, menandakan potensi pertanian dan keanekaragaman hayati yang tinggi.
Di sisi lain, kondisi infrastruktur dan akses transportasi menjadi tantangan tersendiri. Meskipun sinyal Telkomsel terbilang cukup lancar — hal yang jarang ditemukan di banyak pulau terpencil — akses menuju beberapa desa hanya dapat ditempuh melalui jalur laut menggunakan perahu kecil. Sementara jalur darat yang menghubungkan antarwilayah harus melewati beberapa jembatan yang terputus, sisa dari konstruksi lama yang belum diperbaiki.
Beruntung, kedatangan TEP UI kali ini bertepatan dengan musim panas, ketika cuaca relatif bersahabat dan sungai-sungai di wilayah ini tidak sedang meluap. “Kalau musim hujan, air sungai bisa naik sampai menutup badan jalan. Warga bisa terisolasi berhari-hari karena tidak ada akses darat,” ungkap salah satu warga Desa Mangoli Selatan yang menemani perjalanan.
Kondisi tersebut memberi pelajaran berharga bagi tim ekspedisi. Selain menjadi tantangan logistik, medan perjalanan yang kompleks justru membuka kesempatan untuk memahami secara langsung dinamika kehidupan masyarakat kepulauan — bagaimana mereka beradaptasi dengan kondisi alam, menjaga ekosistem hutan dan sungai, serta membangun solidaritas sosial di tengah keterbatasan infrastruktur.
Dengan lanskap alam yang menawan, vegetasi yang subur, serta tantangan geografis yang nyata, Mangoli Tengah dan Selatan menjadi ruang belajar yang berharga bagi TEP UI. Perjalanan ini sekaligus menandai babak penting dari misi mereka — meneliti, mengabdi, dan menyatu dengan masyarakat kepulauan Indonesia yang kaya akan potensi namun masih menyimpan banyak cerita yang belum tersampaikan.
Di Mangoli Tengah dan Selatan, Tim Ekspedisi Patriot UI dijadwalkan melaksanakan serangkaian kegiatan pemetaan potensi desa, bertemu dengan warga untuk pengambilan data evaluasi kebijakan transmigrasi. Fokus kegiatan meliputi pengumpulan data sosial-ekonomi, edukasi lingkungan hidup, serta penguatan kapasitas pemuda setempat.
Kehadiran TEP UI disambut hangat oleh pemerintah desa dan masyarakat lokal. Mereka berharap program ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan berkelanjutan di wilayah Mangoli yang masih minim sentuhan riset dan pendampingan. Dengan semangat eksplorasi, kolaborasi, dan pengabdian, perjalanan TEP UI di Mangoli penuh perjuangan meski harus menantang ombak dan angin yang tak menentu.
Bagi Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia, perjalanan ke Mangoli Tengah dan Selatan bukan sekadar perjalanan geografis melintasi lautan, melainkan juga perjalanan batin menembus makna pengabdian yang sesungguhnya. Di tengah terpaan angin, jalan yang terputus, dan keterbatasan akses, mereka menemukan wajah Indonesia yang autentik — masyarakat yang hidup selaras dengan alam, menjaga kearifan lokal, dan tetap optimistis menatap masa depan.
Penulis: Ardiansyah BS (TEP UI)
Foto: Ardiansyah BS (TEP UI)


