Mangoli, Kepulauan Sula – Pantai Desa Lekosula yang berada di kawasan pesisir timur nusantara dikenal sebagai salah satu pantai yang masih alami dan menyimpan pesona bahari menawan. Hamparan pasir putih membentang panjang, dihiasi deburan ombak yang tenang, menjadikan pantai ini destinasi ideal bagi wisatawan pencinta keindahan alam. Namun, siapa sangka di balik panorama indah tersebut, terdapat aktivitas yang cukup mengejutkan. Tim Ekspedisi Patriot yang tengah melakukan perjalanan penelitian lingkungan tak sengaja menemukan adanya penambangan pasir pantai di kawasan tersebut (14/09/25).
Penemuan ini terjadi ketika tim beristirahat di tepi pantai setelah menempuh perjalanan panjang. Mereka melihat sejumlah warga sedang mengumpulkan pasir dengan peralatan sederhana. Awalnya, aktivitas itu terlihat seperti kegiatan biasa, tetapi setelah diamati lebih dekat, ternyata merupakan penambangan pasir. Penambangan pasir ini dilakukan oleh warga desa untuk keperluan material bangunan pada lingkup domestik, bukan oleh industri atau perusahaan besar. Meskipun demikian, hal ini tetap menimbulkan kekhawatiran, karena penambangan pasir pantai sering kali berdampak buruk bagi ekosistem pesisir.
Pasir pantai bukan hanya sekadar material bangunan. Ia memiliki fungsi ekologis penting, yaitu menjaga garis pantai tetap stabil, melindungi ekosistem mangrove, dan menjadi habitat bagi biota kecil. Jika pasir dikeruk tanpa kendali, pantai bisa tergerus abrasi lebih cepat. Hal inilah yang menjadi perhatian utama Tim Ekspedisi Patriot. Mereka mencatat bahwa garis pantai di Lekosula mulai memperlihatkan tanda-tanda pengikisan akibat penambangan.
Tim Ekspedisi Patriot tidak datang untuk menghakimi, melainkan berusaha memahami situasi. Mereka melakukan dialog dengan warga untuk menggali informasi lebih dalam. Dari hasil percakapan, diketahui bahwa sebagian besar warga tidak menyadari risiko lingkungan yang ditimbulkan. Hal ini menegaskan pentingnya edukasi lingkungan yang berkelanjutan.
Penambangan pasir di Desa Lekosula juga memperlihatkan potret nyata persoalan pembangunan di wilayah pesisir. Ketika kebutuhan ekonomi mendesak, masyarakat cenderung mengabaikan dampak jangka panjang. Padahal, kerusakan lingkungan bisa lebih merugikan dibandingkan manfaat ekonomi sesaat. Inilah yang menjadi catatan penting bagi Tim Ekspedisi Patriot. Bahwa perlu adanya keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya dan kelestarian alam.
Selain merusak garis pantai, penambangan pasir juga berdampak pada biota laut. Hewan kecil seperti kepiting, kerang, hingga beberapa jenis ikan kecil kehilangan habitat alaminya. Jika rantai makanan terganggu, nelayan pun akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan hasil tangkapan. Dengan kata lain, kegiatan penambangan ini justru bisa mengurangi pendapatan warga sendiri di masa depan. Ironi ini semakin memperkuat alasan untuk menghentikan praktik tersebut.
Keindahan Pantai Lekosula sesungguhnya memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata. Jika dikelola dengan baik, pariwisata bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi warga. Homestay, kuliner laut, hingga jasa pemandu wisata dapat dikembangkan. Tim Ekspedisi Patriot mendorong masyarakat untuk melihat peluang ini. Menjaga pantai tetap lestari akan menghadirkan manfaat ekonomi yang lebih besar dan berkelanjutan dibandingkan menjual pasir pantai.
Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam menangani masalah ini. Regulasi terkait penambangan pasir perlu ditegakkan, sekaligus memberi alternatif mata pencaharian bagi masyarakat. Tanpa solusi ekonomi, larangan semata hanya akan menimbulkan konflik. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga penelitian sangat dibutuhkan. Tim Ekspedisi Patriot siap memberikan dukungan berupa kajian dan edukasi berbasis riset lapangan.
Salah satu usulan yang disampaikan tim adalah pembentukan kelompok sadar wisata. Kelompok ini bisa menjadi motor penggerak desa dalam mengembangkan pariwisata berbasis komunitas. Dengan adanya kelompok ini, masyarakat bisa bersama-sama menjaga pantai, sekaligus mengelola kegiatan wisata. Pendekatan partisipatif semacam ini terbukti berhasil di banyak daerah lain di Indonesia.
Selain itu, edukasi bagi generasi muda sangat penting. Sekolah-sekolah di sekitar Desa Lekosula dapat memasukkan materi tentang pentingnya menjaga lingkungan pesisir. Dengan cara ini, anak-anak sejak dini memahami bahwa pasir pantai bukan sekadar benda mati, melainkan bagian penting dari ekosistem. Kesadaran kolektif ini akan menjadi fondasi kuat untuk menjaga pantai tetap lestari di masa depan.
Kunjungan Tim Ekspedisi Patriot ke Lekosula memberi pelajaran berharga. Bahwa sebuah destinasi indah sekalipun bisa menyimpan masalah yang tidak terlihat oleh wisatawan. Penambangan pasir pantai menjadi ancaman nyata bagi kelestarian alam. Namun, dengan pendekatan yang tepat, masalah ini bisa diubah menjadi peluang. Inilah pesan penting yang ingin disampaikan tim kepada masyarakat luas.
Desa Lekosula masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki kondisi. Jika langkah konservasi segera dilakukan, pantai bisa kembali pulih dan tetap menjadi kebanggaan masyarakat. Dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, akademisi, maupun wisatawan, akan sangat berarti. Dengan kerja sama, pantai tidak hanya menjadi tempat indah untuk dikunjungi, tetapi juga warisan berharga bagi generasi mendatang.
Pantai bukan hanya milik desa, tetapi juga bagian dari kekayaan bangsa. Menjaganya berarti menjaga identitas dan masa depan. Penambangan pasir mungkin memberi keuntungan sesaat, tetapi kelestarian pantai akan memberi manfaat jauh lebih lama. Tim Ekspedisi Patriot percaya bahwa perubahan selalu mungkin, asalkan ada kemauan dan kesadaran bersama.
Akhirnya, kisah singgah tak terencana di Pantai Lekosula membuka mata banyak pihak. Dari sekadar persinggahan, lahirlah kesadaran baru tentang pentingnya menjaga alam. Penemuan penambangan pasir menjadi titik balik untuk bergerak menuju pengelolaan yang lebih bijak. Jika desa mampu bertransformasi, Lekosula bukan hanya dikenal karena pasirnya, tetapi juga karena keberhasilan masyarakatnya dalam menjaga dan memanfaatkan alam secara berkelanjutan.
Penulis : Ardiansyah BS
Foto : Ardiansyah BS