Indonesia memiliki beragam naskah tua dalam berbagai bahasa. Oleh karena itu, dengan mempelajari naskah-naskah lama sebagai produk masa lalu, yang terdiri dari pandangan hidup dan pengetahuan nenek moyang, dapat diketahui berbagai strategi hidup masyarakat lokal untuk merespon berbagai permasalahan kehidupan. Strategi ini disesuaikan dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Naskah-naskah tua ditulis dalam berbagai media, seperti kulit pohon, kulit binatang, daun lontar, bambu, dll, yang dianggap tahan lama dan dapat diolah menjadi bahan tulisan bergerak atau portabel. Konten naskah lama beragam. Salah satunya adalah naskah obat yang berisi berbagai informasi penyakit dan cara mengobatinya. Obat-obatan tersebut ditemukan dari lingkungan setempat tempat naskah tersebut ditulis dan digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat setempat.
Manuskrip yang berisi obat-obatan dari berbagai suku di Indonesia sering ditemukan, dan beberapa suku di Indonesia masih menjaga pengetahuan medis mereka. Dengan adanya teks obat di berbagai suku menunjukkan bahwa obat merupakan kebutuhan primer bagi manusia untuk menunjang kesehatan masyarakat. Namun, di beberapa suku seperti Melayu, praktik penyembuhan tradisional telah mengalami pasang surut dan mulai terkikis oleh pengobatan modern dan apotek. Kemudian dapat diketahui, salah satu naskah obat yang ditemukan di Sumatera Utara adalah Tambar ni Hulit, yang termasuk suku Simalungun di Wilayah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Tambar ni Hulit berarti ‘obat kulit’ dalam bahasa Simalungun. Naskah tersebut merupakan salah satu naskah kuno yang ditemukan dalam koleksi naskah lama Simalungun. Artinya, naskah ini diproduksi oleh masyarakat Simalungun. Karena ini adalah produk kearifan lokal, kandungannya menggunakan bahan-bahan lokal yang ditemukan di lingkungan Simalungun, diproses dengan pengetahuan Simalungun, dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan obat Simalungun. Ini berisi metode pengobatan untuk berbagai penyakit manusia, termasuk kusta, paparan racun, penyakit hati atau limpa, dan penyakit mata. Naskah ditulis dalam aksara Simalungun dengan bahasa Simalungun dicampur dengan bahasa Batak Toba.
Sebagai hasil perkembangan bahasa, aksara dan bahasa Simalungun hampir tidak lagi digunakan karena telah digantikan oleh aksara Latin. Sangat sedikit yang tertarik mempelajari aksara daerah, termasuk Simalungun. Kondisi bahasa itu sendiri semakin terabaikan dan banyak kosakatanya tidak digunakan lagi saat ini. Karena itu, sangat sedikit orang yang bisa membaca dan memahami isinya.
Naskah-naskah kuno Sumatera, termasuk naskah pengobatan Simalungun, relatif jarang dijumpai. Alasan untuk ini adalah kurangnya popularitas, tidak dapat diaksesnya, dan ketidakmampuan untuk membaca karakter dan bahasa. Jika kandungan Tambar ni Hulit terungkap, berpotensi dikembangkan sebagai kajian medis dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap obat impor yang menguras APBN Indonesia. Apalagi di era COVID-19, masyarakat Indonesia membutuhkan banyak obat-obatan untuk. Oleh karena itu, perlu diungkap naskah-naskah kuno Sumatera Utara dengan informasi obat-obatan dengan melakukan pengenalan ke media terhadap naskah-naskah kuno Sumatera Utara. Kajian naskah-naskah tua semakin marak karena hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Untuk itu, penilaian isi naskah Tambar ni Hulit perlu dikaji untuk melihat bahan obat yang digunakan dan cara mengobati penyakit di masa lalu.
Naskah Tambar ni Hulit berisi berbagai bahan obat dan metode pengobatan untuk berbagai penyakit. Penjelasan mengenai tata cara pengobatan ditulis bersama dengan deskripsi penyakit bersama dengan bahan obat. Terkadang ada semacam mantra untuk mengobati penyakit. Ada beberapa ramuan obat dan rencana perawatan yang tidak diketahui oleh pembaca bahasa Inggris, sehingga istilah asli yang terkandung dalam teks akan digunakan untuk kata-kata yang tidak memiliki persamaan yang diketahui dalam bahasa Inggris dan ditulis dalam huruf miring.
Kemudian, pengungkapan isi naskah lama yang berisi pengetahuan obat perlu dilakukan sebagai alternatif pengembangan obat di Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap obat impor. Naskah-naskah tua, termasuk naskah-naskah kuno Sumatera Utara, tidak mudah diperoleh dan bahkan keberadaannya umumnya tidak diketahui publik. Naskah obat Tambar ni Hulit adalah salah satu hasil pencarian kuno manuskrip di Sumatera Utara di berbagai penyimpanan naskah, seperti museum dan perpustakaan, serta koleksi pribadi. Hasil dari penjelasannya menggambarkan keberadaan tempat penyimpanan naskah dan kondisi fisik serta garis besar isi naskah.
Demikian juga, Naskah Tambar ni Hulit berisi informasi tentang pengobatan masa lalu, memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di Indonesia. Kemudahan untuk mendapatkan bahan-bahan obat ini mendorong penggunanya untuk memanfaatkannya. Hanya saja informasi yang terkandung dalam naskah ini belum dipublikasikan. Oleh karena itu, sudah saatnya bahan dan metode obat dalam naskah diperbarui menggunakan teknologi yang lebih canggih. Naskah Tambar ni Hulit dapat digunakan sebagai batu loncatan dalam mengolah obat-obatan sebagai alternatif pengobatan di Indonesia.
Kemudian dapat diketahui juga ada berbagai tata cara perawatan dalam naskah Tambar ni Hulit terutama dilakukan dengan meramu berbagai bahan dengan berbagai cara, seperti merebus, menumbuk, mengeringkan, melembabkan, mencampur, membersihkan, mengupas, menumbuk, dan menguleni. Bahan obat dalam obat tradisional Simalungun menggunakan bahan dari 26 jenis tanaman (jeruk, puraga, kicung, mangalumi, serai, tanah liat, kencur, merica, kunyit, lengkuas, jahe, rempah-rempah, kapur barus, lanting, rimbang, sibaguri, dapdap, kapur sirih, minyak kelapa, air mentimun, jerango, akar pisang kapuk, tebu saloh, sitolu begu, bunga sibaguri, dan salimputput) dan 3 jenis hewan (ikan haporas besar, kecoak, dan susu kerbau). Penyakit yang tercatat adalah kusta atau kulit, sifilis, mata, infeksi, santet, gigitan ular, kelabang, sakit kepala, virus hewan yang menyebar di tubuh, luka tombak, dan racun.
Sumber: Harahap, N., Lubis, H. S., Siahaan, J., Hasibuan, A. L., Nasution, L. Y. (2021). Tambar Ni Hulit: An ancient medical manuscript in North Sumatera: Local wisdom-based medicines with potential to be developed as Indonesian medicine. Linguistics and Culture Review, 5(S3), 1411-1425.