Edit Content

Resep Mimisan dalam Manuskrip Mardin: Madu, Daun Ara, dan Anggur Tua

Jika Anda mendengar daftar bahan seperti madu, daun ara, bawang, lentil merah, dan anggur tua, mungkin bayangan pertama yang muncul adalah hidangan khas Timur Tengah yang menggugah selera. Namun ternyata, ini bukan resep masakan, melainkan resep pengobatan tradisional dari abad ke-16 dan 17 yang ditulis di bagian belakang dua manuskrip kuno berbahasa Suryani.

Kedua manuskrip tersebut berasal dari komunitas Kristen Timur di Mardin, Turki. Satu berasal dari komunitas Ortodoks Siria tahun 1587 Masehi, dan yang lainnya dari komunitas Kaldea tahun 1681 Masehi. Manuskrip-manuskrip itu sekarang disimpan dengan hati-hati di Gereja Empat Puluh Martir dan Mar Hirmiz Keldani Kilisesi di Mardin.

Di balik halaman-halaman manuskrip tersebut, para penyalin atau pemilik buku menuliskan resep-resep pengobatan yang mungkin mereka anggap penting untuk kehidupan sehari-hari. Salah satu resep paling menarik adalah campuran bahan-bahan tersebut yang dipercaya dapat menyembuhkan mimisan.

Dalam tradisi pengobatan kuno, terutama di Timur Tengah, mencampurkan makanan sehari-hari menjadi ramuan obat adalah hal yang lumrah. Madu sudah lama dikenal memiliki sifat antiseptik dan anti-inflamasi. Daun ara dipercaya mampu menghentikan pendarahan ringan, sementara bawang dan lentil merah mengandung senyawa yang membantu penyembuhan luka dan mengurangi peradangan.

Anggur tua, yang mungkin mengandung alkohol alami, berfungsi sebagai desinfektan dan juga pembawa rasa, memperkuat khasiat bahan-bahan lainnya. Kombinasi ini menunjukkan pemahaman tradisional yang mendalam tentang pengobatan berbasis tanaman dan bahan alami yang telah diwariskan lintas generasi.

Yang membuat resep ini semakin menarik adalah tempat di mana ia dituliskan: bukan di buku khusus pengobatan, melainkan di halaman belakang manuskrip keagamaan atau literatur rohani. Hal ini menunjukkan betapa erat kaitan antara kehidupan spiritual dan keseharian di masa lalu. Orang membaca kitab suci mereka, dan di sela-selanya, mereka juga menyimpan catatan tentang bagaimana mengobati mimisan.

Menurut Dr. David Calabro, kurator manuskrip Kristen Timur di Hill Museum & Manuscript Library (HMML) dari 2018 hingga 2022, fenomena seperti ini bukanlah hal langka. Di banyak komunitas Kristen Timur, halaman-halaman kosong dalam manuskrip sering dimanfaatkan untuk mencatat resep obat, doa, bahkan catatan sejarah lokal.

Mardin sendiri adalah kota dengan warisan budaya yang sangat kaya. Terletak di tenggara Turki dekat perbatasan Suriah, Mardin menjadi tempat bertemunya berbagai tradisi Kristen Timur, Islam, dan budaya lokal Kurdi. Manuskrip-manuskrip dari sana mencerminkan keragaman itu, baik dalam bahasa, tulisan, maupun isi.

Keberadaan resep pengobatan tradisional dalam manuskrip religius juga menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak selalu berjalan terpisah. Pada zaman itu, mencari kesembuhan fisik dianggap sejalan dengan menjaga kesehatan spiritual. Manuskrip menjadi sumber pengetahuan yang holistik, bukan hanya bacaan keagamaan.

Jika kita bandingkan dengan dunia modern, pencatatan resep seperti ini mirip dengan seseorang menuliskan tips kesehatan di pinggiran buku harian atau bahkan di catatan ponsel mereka. Bedanya, manuskrip dari Mardin ini telah bertahan ratusan tahun dan menjadi saksi bisu sejarah komunitas-komunitas kecil yang tetap menjaga tradisi mereka meskipun dikepung berbagai perubahan zaman.

Hari ini, resep untuk mimisan dengan madu dan daun ara mungkin terdengar kuno di tengah dominasi obat-obatan farmasi. Namun, mengingat kembali ramuan-ramuan sederhana ini justru mengingatkan kita bahwa pengobatan tradisional memiliki akar panjang dan bahwa banyak di antaranya didukung oleh bukti ilmiah modern mengenai khasiat tanaman dan bahan alami.

Lebih jauh, cerita ini bukan sekadar soal pengobatan mimisan. Ini adalah tentang bagaimana pengetahuan manusia bertahan dan berpindah dari generasi ke generasi, dituliskan dengan tangan, disimpan di balik halaman kitab, dan ditemukan kembali oleh para peneliti masa kini. Sebuah jejak kecil yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan.

Melihat kembali pada manuskrip Mardin, kita diingatkan bahwa pengetahuan, sekecil apapun, patut dihargai dan disimpan. Baik itu dalam bentuk resep kuno, doa, maupun cerita keluarga, semua itu adalah bagian dari warisan manusia yang membangun peradaban selama berabad-abad.

Akhirnya, cerita tentang madu dan daun ara dari Mardin ini mengajarkan kita satu hal penting: kadang-kadang, jawaban atas kebutuhan sehari-hari tidak perlu dicari di tempat jauh atau dalam teknologi canggih. Bisa jadi, solusinya justru tersimpan rapi di balik lembaran-lembaran tua yang selama ini kita abaikan.

 

 

 

 

 

Sumber: HMML

Share:

Facebook
Twitter
Email
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social Media

Popular Post

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Kategori
On Key

Related Posts