Mangoli, Kepulauan Sula — Dalam upaya memperkuat pemberdayaan masyarakat transmigran dan memperkenalkan potensi wisata desa, Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (TEP UI) menginisiasi kegiatan wisata edukatif bertajuk “Transpatriot Trip: Jelajah Sula, Mangoli Experience”. Kegiatan ini direncanakan melibatkan pemuda generasi transmigran di kawasan Transmigrasi Mangoli, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara. Kegiatan perintisan wisata ini diharapkan menjadi cikal bakal kawasan wisata komunitas transmigrasi Pulau Mangoli. Harapannya ini diresmikan secara langsung oleh Menteri Transmigrasi Republik Indonesia, sehingga menjadi inspirasi di kawasan transmigrasi lainnya.
Kegiatan tersebut bertujuan mendorong partisipasi aktif masyarakat transmigran dalam pengembangan wisata berbasis komunitas (community-based tourism) serta memperkenalkan kekayaan alam dan budaya lokal Kabupaten Kepulauan Sula, khususnya kawasan transmigrasi Mangoli.
“Kami ingin masyarakat transmigran tidak hanya menjadi penerima program, tetapi juga pelaku utama dalam membangun dan mengelola potensi wisata di desanya,” ujar anggota TEP UI saat ditemui di lokasi kegiatan.
Rangkaian kegiatan wisata dimulai dari kunjungan ke Benteng De Verwachting, peninggalan sejarah kolonial di Sanana, kemudian dilanjutkan ke Taman Mangon, Industri Sulamina, dan wisata bahari di Tanjung Waka, dilanjutkan ke beberapa destinasi unggulan Pulau Mangoli yang terkenal dengan alamnya yang indah.
Selain menikmati keindahan alam, para peserta juga diajak mengikuti sesi sharing dan edukasi tentang pentingnya wisata berkelanjutan, pengelolaan sampah, dan promosi wisata desa melalui media sosial. Beberapa peserta bahkan tampak antusias saat mencoba aktivitas lokal seperti pembuatan minyak kelapa tradisional di kebun kelapa Pulau Mangoli.
Melalui kegiatan ini, TEP UI berharap dapat membuka perspektif baru bagi masyarakat transmigran tentang peluang ekonomi kreatif dan pariwisata desa. Program ini juga menjadi jembatan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan komunitas lokal dalam membangun daerah transmigrasi yang mandiri dan berdaya saing.
“Pendekatan wisata edukatif seperti ini sangat efektif. Selain mempererat kebersamaan, juga menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas lokal,” tutur Perwakilan Dinas Transmigrasi Kepulauan Sula.



