Edit Content

Membuka Rahasia Manuskrip Geniza Afghanistan: Tafsir Alkitab Judeo-Arabic

Dalam dunia manuskrip, setiap fragmen adalah pintu gerbang menuju kisah-kisah yang nyaris terlupakan. Salah satu kisah paling menarik berasal dari Bamiyan Papers — koleksi naskah yang ditemukan di wilayah Afghanistan —tersembunyi sebuah teks langka: Tafsir Alkitab dalam Judeo-Arabic, yaitu bahasa Arab yang ditulis menggunakan huruf Ibrani. Diteliti oleh Nadia Vidro, manuskrip ini bukan sekadar peninggalan keluarga atau alat bantu belajar biasa, melainkan bukti nyata budaya Yahudi di Iran dan Afghanistan sebelum era Mongol.

Bamiyan, sebuah daerah di jantung Afghanistan yang kini lebih dikenal karena patung Buddha raksasanya yang hancur, ternyata juga menyimpan jejak sejarah Yahudi yang nyaris terlupakan. Pada awal abad ke-21, para peneliti menemukan ribuan dokumen kuno di gua-gua dan reruntuhan kota tua di sekitar Bamiyan — sebuah kumpulan dokumen yang kini disebut Bamiyan Papers atau kadang juga “Geniza Afghanistan.” Di antara dokumen-dokumen itu, yang sebagian besar berisi kontrak bisnis, surat pribadi, dan dokumen hukum berbahasa Persia Baru dan Ibrani, ada satu temuan yang benar-benar luar biasa: sebuah tafsir Alkitab berbahasa Judeo-Arabic.

Temuan ini bukan hanya sekadar potongan kertas tua. Ia menjadi saksi bisu kehidupan intelektual komunitas Yahudi di kawasan Persia dan Afghanistan sebelum masa invasi Mongol. Uniknya, di tengah ribuan naskah lain yang berbahasa Persia Baru, Bactria, Sogdiana, hingga Tibet, hanya satu fragmen ini yang menggunakan Judeo-Arabic — varian bahasa Arab yang digunakan komunitas Yahudi, tetapi ditulis dalam huruf Ibrani.

Fragmen ini — yang kini disimpan di Perpustakaan Nasional Israel — bertanggal abad ke-11 Masehi dan merupakan bagian dari komentar kitab Yesaya yang ditulis oleh Saadya ben Yosef al-Fayyūmī, lebih dikenal sebagai Saadya Gaon (882–942 M), seorang cendekiawan Yahudi legendaris dari abad ke-10. Saadya Gaon bukan tokoh biasa. Saadya adalah sosok kunci dalam sejarah intelektual Yahudi. Sebagai Gaon (pemimpin akademi) di Sura, Irak, ia hidup pada masa keemasan budaya Arab-Islam dan turut serta dalam arus besar penerjemahan dan kodifikasi ilmu pengetahuan. Saadya menyadari pentingnya bahasa Arab sebagai lingua franca dunia Islam saat itu. Maka, ia menerjemahkan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Arab — namun dengan huruf Ibrani — sehingga bisa dipahami oleh komunitas Yahudi yang mulai lebih fasih berbahasa Arab daripada Ibrani. Tidak hanya menerjemahkan, Saadya juga menulis tafsir panjang untuk menjelaskan makna ayat-ayat Alkitab, menggunakan pendekatan linguistik, teologis, dan rasional.

Sebagai pemimpin akademi rabbinik di Baghdad, Saadya menulis banyak karya monumental dalam filsafat, liturgi, hukum, hingga penerjemahan Alkitab. Karyanya yang paling berpengaruh, Tafsīr, adalah terjemahan Alkitab ke dalam Judeo-Arabic, dilengkapi komentar-komentar yang mendalam. Bahasa ini mencerminkan dunia multikultural di mana Yahudi, Muslim, dan Kristen Arab hidup berdampingan, berbagi tradisi linguistik yang sama, meski berbeda iman. Judeo-Arabic bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga jembatan intelektual antara dunia Arab dan dunia Yahudi.

Manuskrip Bamiyan ini mencakup bagian dari Kitab Yesaya pasal 33 hingga 35, bagian yang tidak ditemukan dalam salinan lain. Dengan kata lain, fragmen ini adalah satu-satunya saksi yang masih hidup dari karya besar itu. Melihat lebih dekat isi manuskrip ini, kita menemukan pola kerja Saadya Gaon: pertama, ia menerjemahkan ayat dari Bahasa Ibrani ke Judeo-Arabic, lalu ia menjelaskan alasan pemilihan kata dan interpretasinya terhadap makna ayat. Contohnya, dalam menerjemahkan Yesaya 34, Saadya membedakan “bangsa” menjadi dua kelompok — “bangsa” dan “komunitas” — untuk menegaskan bahwa bencana hanya menimpa sebagian dari mereka, sementara sisanya cukup menjadi saksi. Ini menunjukkan bahwa setiap terjemahan adalah bentuk tafsir, bukan sekadar penggantian kata. Karya tafsir Saadya ini tersebar luas di dunia Islam abad pertengahan, namun manuskrip utuhnya jarang bertahan hingga kini. Itu sebabnya fragmen kecil dari Bamiyan ini begitu berharga: ia menjadi saksi bahwa ajaran Saadya telah menjangkau komunitas Yahudi jauh di luar pusat-pusat utama seperti Baghdad atau Kairo.

Secara visual, naskah ini juga menarik: bagian terjemahan dan komentar dipisahkan dengan ruang kosong besar, dan sistem tanda baca sederhana berupa dua titik vertikal digunakan untuk membantu pembaca — teknik yang umum dalam tradisi penyalinan Alkitab Ibrani.

Fenomena Langka

Aspek paling mencengangkan dari manuskrip ini adalah fenomena script-switching — pergantian dari huruf Ibrani ke huruf Arab di tengah teks! Biasanya, dalam karya Judeo-Arabic, seluruh teks ditulis dengan huruf Ibrani, bahkan untuk kata-kata Arab. Tapi dalam naskah ini, beberapa kata Arab ditulis dalam huruf Arab asli, misalnya al-jibāl (“gunung-gunung”) atau min (“dari”).

Mengapa? Ternyata bukan karena ketidaktahuan atau kesalahan. Sang penyalin, dengan sadar, menggunakan huruf Arab untuk menghemat ruang dan menjaga kerapihan margin teks. Hal ini menunjukkan bukan hanya keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan budaya yang tinggi — betapa akrabnya komunitas Yahudi ini dengan budaya Arab di sekitarnya, hingga mampu dengan luwes berpindah antar-alfabet.

Fenomena seperti ini jarang ditemukan, tetapi ada contoh lain di surat-surat pribadi dalam koleksi Bamiyan dan di Cairo Geniza — gudang naskah Yahudi kuno di Mesir. Ini menandakan bahwa di dunia Islam abad pertengahan, komunitas Yahudi bukanlah komunitas yang terasing, melainkan kelompok dinamis yang mampu beradaptasi, belajar, dan berinovasi di tengah budaya dominan.

Apa yang tampak seperti dua lembar kertas usang ternyata menyimpan kisah perjumpaan budaya, ketahanan identitas, dan kecanggihan intelektual. Manuskrip Judeo-Arabic dari Bamiyan ini adalah bukti hidup bahwa di abad ke-11, ilmu pengetahuan, agama, dan bahasa saling bersilang dalam cara-cara yang mungkin tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Bukan hanya sebuah “heirloom” keluarga, dan bukan sekadar alat belajar, tetapi saksi bisu akan dunia yang jauh lebih kosmopolitan daripada yang sering kita bayangkan.

Melalui fragmen ini, kita diajak menyelami masa lalu — masa di mana perbedaan bukan menjadi penghalang, melainkan jembatan menuju pengetahuan dan pemahaman lintas budaya. Lebih jauh lagi, temuan ini memperkaya pemahaman kita tentang dunia lintas budaya di Asia Tengah pra-Mongol. Dunia di mana batasan antara bahasa, agama, dan budaya lebih cair daripada yang kita bayangkan. Sebuah dunia di mana seorang Yahudi Afghanistan abad ke-11 bisa menulis tafsir Alkitab berbahasa Arab, menggunakan huruf Ibrani dan Arab secara bergantian, di kaki pegunungan Bamiyan.

 

 

 

 

 

Referensi

Scheiber, Alexander. Jewish Arabic Literature in the Middle Ages. (New York: Ktav Publishing House, 1970).

Goitein, S.D. A Mediterranean Society: The Jewish Communities of the Arab World as Portrayed in the Documents of the Cairo Geniza, Vol. 1–5. (University of California Press, 1967–1993).

Blau, Joshua. The Emergence and Linguistic Background of Judeo-Arabic: A Study of the Origins of Middle Arabic. (Oxford University Press, 1965).

Khan, Geoffrey. “The Language of the Jewish Communities of the Middle East: From Judeo-Arabic to the Neo-Aramaic Dialects,” Handbook of Jewish Languages, ed. L. Moss & A. Kaye (Brill, 2015).

Allony, Nehemia & Haggai Ben-Shammai. “Afghan Genizah Documents,” in Jewish Studies Quarterly, Vol. 3, No. 3 (1996), pp. 221–248.

Danzig, Gabriel. “Saadya Gaon and the Use of Arabic in Jewish Thought,” Jewish Studies Quarterly, Vol. 8 (2001).

Maimonides, Moses. Guide for the Perplexed (edisi terjemahan Judeo-Arabic).

Rustow, Marina. The Lost Archive: Traces of a Caliphate in a Cairo Synagogue. (Princeton University Press, 2020).

 

 

Share:

Facebook
Twitter
Email
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social Media

Popular Post

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Kategori
On Key

Related Posts