Kepulauan Sula, Maluku Utara — Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia kembali melanjutkan perjalanan menuju kawasan transmigrasi Mangoli Selatan (6/10/25). Dalam perjalanan dari Pelabuhan Falabisahaya menuju Sanana menggunakan kapal Uki Raya, tim kembali melewati Selat Capalulu yang dikenal memiliki pusaran air kuat. Gelombang tinggi dan arus deras sempat membuat kapal oleng beberapa kali. Meski demikian, seluruh anggota tim tetap tenang dan mengikuti arahan awak kapal. Perjalanan laut itu menjadi pengalaman menegangkan sekaligus mengesankan bagi tim.
Agung Nugraha, salah satu anggota tim ekspedisi menjelaskan bahwa ini merupakan kedua kalinya tim melintasi Selat Capalulu. “Pertama kali kami melewati selat ini saat berangkat menuju Mangoli beberapa minggu lalu, pusaran terlihat saat senja. Sekarang kami melaluinya di siang hari, sehingga fenomena itu tampak jauh lebih jelas,” ujarnya. Ia menambahkan, fenomena alam tersebut menjadi bukti kuatnya arus laut di wilayah Kepulauan Sula. Tim mengaku kagum sekaligus waspada menyaksikan kekuatan pusaran air itu. Kondisi cuaca siang yang cerah membuat warna laut tampak lebih kontras dan berkilau.
Kapal Uki Raya berangkat sekitar pukul 08.00 WIT dari Pelabuhan Falabisahaya. Pelayaran membutuhkan waktu sekitar tujuh jam untuk sampai di Sanana. Angin kencang dan ombak besar mulai terasa saat kapal mendekati perairan Capalulu. Awak kapal terlihat sigap mengatur keseimbangan agar kapal tidak terhempas arus kuat. Suara mesin berpadu dengan dentuman ombak di lambung kapal menciptakan suasana tegang. Beberapa penumpang terlihat menunduk menahan mual, sementara sebagian lainnya tetap memandangi pusaran dari kejauhan.
Selat Capalulu dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu titik arus paling kuat di Kepulauan Sula. Pusaran air terbentuk akibat pertemuan dua arus besar yang datang dari arah timur dan barat laut. Fenomena ini sering menjadi perhatian para nelayan, karena dapat mempengaruhi jalur pelayaran tradisional. Beberapa nelayan bahkan memiliki keahlian khusus secara turun-temurun untuk membaca, memprediksi dan melewati pusaran arus. Namun bagi Tim Ekspedisi Patriot UI, fenomena ini merupakan bahan observasi geografis dan kelautan yang menarik.
Perjalanan melewati selat itu menjadi momen reflektif bagi tim. Mereka menyadari betapa kerasnya tantangan alam yang dihadapi masyarakat pesisir setiap hari. “Kami jadi lebih memahami mengapa masyarakat di sini memiliki karakter kuat dan solidaritas tinggi,” kata salah satu anggota tim. Dalam catatan risetnya, tim menilai resiliensi sosial penduduk lokal terbentuk karena kebiasaan menghadapi risiko alam yang besar. Hal ini relevan dengan fokus penelitian mereka tentang commoning dan ketahanan komunitas.
Saat kapal perlahan melewati area pusaran, kapten mengurangi kecepatan dan mengatur haluan dengan hati-hati. Ombak menggulung tinggi, memantulkan cahaya siang yang silau di permukaan laut. Dari dek kapal, pusaran tampak berputar dengan cepat membentuk pola melingkar besar. “Lebih menegangkan dibanding waktu senja,” ujar salah satu mahasiswa sambil merekam video menggunakan ponsel.
Setelah sekitar 20 menit melewati area berarus kuat, kapal akhirnya keluar dari zona pusaran. Suasana perlahan tenang namun ombak tetap terasa mengguncang perut. Beberapa anggota tim menarik napas lega, namun sebagian yang lain menahan mual melewati rute sulit itu. Sekitar dua jam kemudian, dari kejauhan mulai terlihat daratan Sanana dengan garis pantainya yang putih. Kapal Uki Raya melambat ketika mendekati pelabuhan utama. Di dermaga, warga dan sejumlah sudah menunggu kedatangan kapal. Tim bersiap melanjutkan perjalanan menuju tempat peristirahatan, bersiap diri melanjutkan perjalanan ke Mangoli Selatan.
Bagi sebagian anggota tim, perjalanan kali ini menjadi pengalaman laut yang tak terlupakan. Mereka mengaku baru pertama kali merasakan langsung gelombang tinggi dan pusaran air dari jarak sedekat itu. “Rasanya antara takut dan kagum, tapi kami jadi lebih menghargai laut,” kata seorang anggota tim perempuan. Ia menambahkan bahwa pengalaman itu menambah wawasan mereka tentang kehidupan masyarakat pesisir. Laut bukan hanya sumber ekonomi, tapi juga guru yang mengajarkan kehati-hatian dan kebersamaan.
Setiap perjalanan laut membawa kisah tersendiri bagi tim ekspedisi. Dari gelombang besar hingga pusaran Capalulu, semua pengalaman itu menjadi bahan refleksi akademik dan personal. Perjalanan ekspedisi membuktikan bahwa penelitian lapangan bukan hanya soal data, tetapi juga tentang empati dan pengalaman hidup.
Di malam hari, setelah tiba di penginapan, tim melakukan evaluasi harian. Mereka meninjau kembali data dan rekaman yang dikumpulkan selama perjalanan laut. Beberapa foto pusaran Capalulu menjadi sorotan karena keindahannya yang langka. Tim berencana mempublikasikan dokumentasi tersebut sebagai bagian dari laporan ekspedisi.
Bagi masyarakat sekitar, cerita tentang pusaran Capalulu bukanlah hal baru. Namun, kehadiran Tim Patriot UI memberi perspektif ilmiah terhadap fenomena yang selama ini hanya diceritakan secara lisan. Perjalanan menuju kawasan transmigrasi Mangoli Selatan menjadi babak baru dalam riset Tim Ekspedisi Patriot UI. Setelah menghadapi tantangan alam di laut, mereka siap menelusuri dinamika sosial di darat. Dari pusaran Capalulu hingga desa-desa transmigrasi, setiap langkah membawa makna tentang kekuatan, kolaborasi, dan harapan. Laut yang bergelora kini telah mereka lewati, tetapi semangat ekspedisi belum berhenti. Di Mangoli Selatan, kisah perjuangan itu akan berlanjut.
Penulis : Ardiansyah BS
Foto : Tinesse Manalu



