Edit Content

Naturalis Historia: Warisan Abadi Plinio il Vecchio

 

Ditulis pada abad pertama Masehi, sedikit karya yang bisa menyamai kemasyhuran Naturalis Historia karya Pliny the Elder (Plinio il Vecchio). Naturalis Historia merupakan salah satu ensiklopedia pertama dalam sejarah Barat yang mencakup topik-topik luas mulai dari astronomi, botani, zoologi, hingga seni rupa. Namun, kisah tentang bagaimana karya ini bertahan dan berkembang, sama menariknya dengan isi teks itu sendiri. Salah satu naskah berharga ini pernah dimiliki oleh Pasquino Capelli, seorang tokoh penting di lingkungan istana Gian Galeazzo Visconti di Milan, dan dihias dengan tangan ahli oleh Pietro da Pavia, seorang biarawan dan seniman iluminasi naskah.

Pasquino Capelli adalah salah satu bibliofil terbesar di masanya. Sebagai Kanselir Milan, Gian Galeazzo Visconti, Capelli memiliki akses ke sumber daya dan kesempatan luar biasa untuk mengumpulkan manuskrip. Ia bukan sekadar pengumpul pasif, Capelli secara aktif mencari dan mengakuisisi manuskrip saat menjalani berbagai misi diplomatik, terutama di Prancis, pusat penting dunia intelektual Eropa saat itu.

Minat Capelli pada literatur klasik menunjukkan semangat humanisme yang perlahan-lahan tumbuh di Italia menjelang Renaissance. Karya-karya seperti Naturalis Historia menjadi objek pujian dan simbol status intelektual. Sayangnya, kisah hidup Capelli berakhir tragis. Karena alasan yang tidak pernah sepenuhnya terungkap, Capelli dipenjara, sebelum akhirnya dieksekusi pada tahun 1399. Koleksi pribadinya yang berharga—termasuk manuskrip Naturalis Historia—disita dan ditambahkan ke perpustakaan besar keluarga Visconti.

Dengan penambahan koleksi Capelli, perpustakaan Visconti semakin kuat sebagai salah satu pusat pengetahuan di Eropa. Gian Galeazzo Visconti, yang berambisi mendirikan universitas di Pavia, memahami pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dalam mengokohkan kekuasaan politik.

Dalam dunia di mana buku merupakan barang mewah yang langka dan mahal, menguasai perpustakaan berarti menguasai pengetahuan, dan dengan itu, legitimasi budaya dan politik. Penaklukan atas koleksi Capelli adalah bagian dari strategi yang lebih luas, mirip dengan bagaimana kekaisaran mengumpulkan artefak budaya untuk menunjukkan kejayaan mereka.

Peristiwa ini menyoroti bagaimana buku pada masa itu tidak hanya dilihat sebagai sarana pembelajaran, melainkan juga sebagai aset politik dan simbol kekuasaan. Dengan mengakuisisi koleksi Capelli, Visconti memperkuat citranya sebagai pelindung seni dan ilmu pengetahuan. Manuskrip Naturalis Historia yang berasal dari koleksi Capelli bukan hanya penting karena isinya, tetapi juga karena keindahan visualnya. Manuskrip ini dihias dengan sangat cermat oleh Pietro da Pavia, seorang biarawan dari ordo Augustinian di biara San Pietro in Ciel d’Oro.

Dalam folio ke-332, tentang seni lukis, Pietro dengan bangga mencantumkan potret dirinya—suatu tindakan langka untuk iluminator pada masa itu—dengan tulisan: “Frater Petrus de Papia me fecit 1389″ (“Saudara Pietro dari Pavia yang membuat saya, tahun 1389”). Kalimat ini biasanya digunakan di dalam manuskrip atau karya seni abad pertengahan sebagai tanda tangan sang seniman atau penulis, seolah-olah manuskrip itu sendiri yang berkata. Dalam potret tersebut, ia digambarkan duduk di mejanya, tersenyum puas sambil bekerja, mencerminkan kebanggaannya atas karya tersebut.

Gaya iluminasi Pietro dipengaruhi kuat oleh estetika Prancis yang mulai meresap ke Lombardy. Hubungan erat antara istana Visconti dan kerajaan Prancis mempercepat pertukaran budaya ini. Di tangan Pietro, Naturalis Historia dihiasi dengan inisial besar yang kaya warna, dihiasi daun emas, serta dipenuhi dengan grotesques dan drôleries—gambar makhluk fantastik dan bentuk aneh yang menambah semangat dan humor ke dalam naskah serius ini.

Kehadiran grotesques di margin bukan sekadar hiasan; mereka mencerminkan tradisi budaya membaca di Abad Pertengahan, di mana teks serius dan komentar visual humoris berjalan berdampingan, mengingatkan pembaca akan kompleksitas dunia.

 

Jejak Naturalis Historia dalam Sejarah

Naturalis Historia sendiri merupakan proyek ambisius Pliny the Elder yang berusaha merangkum semua pengetahuan dunia pada zamannya. Dalam 37 buku, Pliny membahas lebih dari 20.000 fakta yang diambil dari sekitar 2.000 karya oleh 100 penulis berbeda. Ia membahas tentang astronomi, geografi, zoologi, botani, farmakologi, mineralogi, dan seni. Karya ini mencerminkan semangat ilmiah awal, di mana pengamatan empiris bercampur dengan mitos dan laporan tidak terverifikasi. Pliny sendiri mengakui keterbatasan pengetahuannya dan sering mengutip sumber yang bahkan ia ragukan. Meski demikian, Naturalis Historia tetap menjadi sumber otoritatif selama lebih dari seribu tahun di Eropa.

Dalam konteks manuskrip Capelli, setiap buku dalam Naturalis Historia diawali dengan huruf inisial besar yang dihias megah, menandai awal pembahasan tema baru. Hiasan ini bukan hanya memudahkan navigasi teks, tetapi juga meningkatkan pengalaman membaca, memperlakukan teks ilmiah sebagai sesuatu yang layak untuk dipuja secara estetis.

Karya Pliny terus hidup jauh melampaui dunia Romawi. Pada Abad Pertengahan, teks ini menjadi rujukan utama dalam studi alam. Banyak naturalis, botanis, dan seniman Renaissance, termasuk Leonardo da Vinci, mengacu pada Pliny dalam eksplorasi mereka terhadap dunia alam dan anatomi.

Meskipun kemudian banyak informasinya dianggap usang atau keliru oleh standar ilmiah modern, Naturalis Historia tetap memiliki nilai luar biasa sebagai potret bagaimana manusia awal memahami dunia di sekitar mereka—dengan rasa ingin tahu, keingintahuan tak terbatas, dan keinginan untuk menghubungkan segala sesuatu dalam jalinan besar kosmos. Manuskrip Capelli, dengan hiasan Pietro da Pavia, menjadi saksi bisu atas kekaguman yang berkelanjutan terhadap karya Pliny, dari zaman kuno, ke Abad Pertengahan, hingga ke dunia modern.

 

 

Seni Iluminasi: Simbol Status dan Spiritualitas

Pada abad ke-14, produksi manuskrip tidak hanya menjadi aktivitas intelektual, tetapi juga artistik dan spiritual. Menulis dan menghias sebuah buku dianggap sebagai bentuk ibadah. Pietro da Pavia, sebagai biarawan, melihat karyanya sebagai perpanjangan dari pelayanan religiusnya.

Penggunaan daun emas dalam iluminasi tidak sekadar mempercantik naskah. Kilau emas dianggap sebagai pantulan cahaya surgawi, menghubungkan dunia fisik dengan dunia spiritual. Dalam Naturalis Historia edisi Capelli, penggunaan emas yang luas menunjukkan bagaimana teks klasik diperlakukan dengan penghormatan hampir setara dengan teks-teks keagamaan. Sementara itu, grotesques dan drôleries berfungsi sebagai pengingat akan dualitas manusia: kemampuan untuk mengejar kebenaran dan keindahan, tetapi juga kerentanan terhadap absurditas dan hiburan ringan.

Perjalanan manuskrip Naturalis Historia memberikan perspektif mendalam tentang nilai ilmu pengetahuan, seni, dan budaya. Kisah Pasquino Capelli mengingatkan kita bahwa cinta akan buku dan ilmu pengetahuan dapat menjadi sumber kekuatan sekaligus kerentanan. Sementara karya Pietro da Pavia memperlihatkan betapa besar penghargaan masa lalu terhadap teks, tidak hanya dari sisi intelektual tetapi juga estetika.

Manuskrip Naturalis Historia ini bukan hanya kumpulan halaman kuno yang dihias cantik; ia adalah simbol ketekunan manusia untuk memahami dunia, mengabadikan pengetahuan, dan menghiasinya dengan keindahan yang tak lekang oleh waktu. Sebagaimana Pietro da Pavia menggoreskan garis emas di setiap hurufnya, kita juga—dengan cara kita sendiri—mewarnai dunia dengan pencarian tak berkesudahan akan ilmu, keindahan, dan makna.

 

Referensi:

Veneranda Biblioteca Digitale Ambrosiana. (29/04/2025). Naturalis Historia Plinio il Vecchio (23-79 dC).

Share:

Facebook
Twitter
Email
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social Media

Popular Post

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Kategori
On Key

Related Posts