Mangoli Barat, Kepulauan Sula — Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (TEP UI) melakukan kunjungan lapangan ke Desa Lelyaba (11/10/25), salah satu desa potensial di Kecamatan Mangoli Barat, Kabupaten Kepulauan Sula. Dalam kunjungan tersebut, tim menemukan sejumlah data menarik mengenai potensi ekonomi dan kendala pembangunan yang masih menghambat kemajuan desa. Meski memiliki kekayaan alam dan posisi strategis, Lelyaba menghadapi tantangan serius dalam hal infrastruktur jalan dan gangguan hama babi hutan yang berdampak langsung terhadap produktivitas pertanian masyarakat.
Menurut hasil observasi TEP UI, Desa Lelyaba memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi sentra pertanian dan perkebunan yang produktif. Desa ini terhubung secara geografis dengan Desa Dofa, pusat kegiatan ekonomi Kecamatan Mangoli Barat, melalui jalan perintis sepanjang kurang lebih 9 kilometer. Jalan tersebut pernah dibuka beberapa tahun silam, namun tidak pernah dilanjutkan dengan pengerasan maupun perawatan berkala. Kini, sebagian besar jalur itu telah tertutup kembali oleh vegetasi lebat dan belukar, membuat transportasi hasil bumi menjadi sulit dilakukan.
“Jalan ini sebenarnya kunci bagi kebangkitan ekonomi Lelyaba,” ujar Ketua TEP UI. “Warga sudah punya semangat dan lahan produktif, tetapi tanpa akses jalan yang baik, mereka tidak bisa memasarkan hasil kebun dengan efisien.” Berdasarkan temuan tim, jika jalan tersebut dipulihkan dan dipelihara secara rutin, akses distribusi hasil pertanian dan perkebunan dapat meningkat signifikan, mendorong tumbuhnya kesejahteraan warga desa.
Selain akses ke Desa Dofa, Lelyaba juga memiliki jalur darat yang pernah direncanakan untuk menghubungkannya dengan Desa Lekokadai dan Lekosula di pesisir barat Mangoli Barat. Di sepanjang jalur tersebut masih berdiri tiang-tiang listrik yang dulunya mengalirkan energi ke wilayah pesisir. Namun, sama seperti jalur ke Dofa, jalan penghubung ini kini terputus dan tertutup semak, sehingga potensi integrasi antar-desa tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Tim TEP UI menilai bahwa posisi geografis Lelyaba yang strategis dapat menjadi penggerak ekonomi baru di Mangoli Barat apabila infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan irigasi diperhatikan secara berkelanjutan. Desa ini memiliki lahan yang subur dan masyarakat yang gigih bertani, terutama di sektor perkebunan kelapa. Saat ini, warga hanya mengandalkan hasil kelapa yang diolah menjadi kopra dan arang tempurung sebagai sumber penghasilan utama. Hilirisasi produk kelapa menjadi minyak murni (VCO) dan produk turunan lain berpotensi besar dilakukan jika akses transportasi mendukung.
Selain persoalan jalan, tim TEP UI juga mencatat gangguan hama babi hutan sebagai tantangan serius di sektor pertanian. Hewan ini sering merusak kebun warga, terutama tanaman muda yang baru ditanam. Warga telah mencoba berbagai cara untuk menghalau hama tersebut, mulai dari pemasangan pagar hingga penjagaan malam hari, namun hasilnya belum optimal. Rencana penggunaan pagar beraliran listrik dinilai berisiko karena bisa melukai ternak warga yang biasa dibiarkan berkeliaran bebas. Masalah ini membutuhkan solusi inovatif berbasis kearifan lokal dan teknologi sederhana yang aman bagi lingkungan.
Dalam wawancara dengan warga, TEP UI mencatat bahwa harapan masyarakat Desa Lelyaba sangat sederhana — mereka hanya menginginkan jalan lama yang pernah dibuka dapat diperbaiki kembali dan dipelihara secara rutin. Dengan infrastruktur yang memadai, warga yakin kegiatan ekonomi seperti bertani dan berkebun akan kembali bergairah. “Kami tidak minta banyak, cukup jalan bisa dilalui. Kalau itu ada, kami bisa kerja lagi di kebun,” ungkap salah satu warga setempat.
Dari hasil pendataan lapangan, TEP UI menilai bahwa pembangunan Desa Lelyaba memerlukan pendekatan terpadu antara perbaikan infrastruktur, pengendalian hama, dan pengembangan ekonomi berbasis hasil bumi lokal. Dalam jangka panjang, Lelyaba dapat dijadikan model kawasan transmigrasi berbasis agroforestri berkelanjutan di wilayah Kepulauan Sula. Untuk itu, diperlukan sinergi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan masyarakat agar potensi desa dapat dioptimalkan secara berkelanjutan.



