Artikel
ini membahas manuskrip Indonesia yang disimpan di Staatsbibliothek zu Berlin
(STABI), Jerman. Manuskrip-manuskrip ini berasal dari berbagai wilayah di
Indonesia dan ditulis dalam berbagai bahasa dan aksara. Fokus utama artikel ini pada kondisi
fisik manuskrip menggunakan pendekatan kodikologis. Manuskrip kuno adalah
produk budaya yang mengandung informasi berharga tentang sejarah dan budaya
nenek moyang Indonesia. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan manuskrip
Indonesia di STABI dan menelusuri bagaimana mereka sampai di sana.
Manuskrip
Indonesia dianggap sangat berharga karena berisi informasi tentang hukum,
sastra, sejarah, dan lainnya. Mereka telah dicari oleh bangsa lain yang
memperoleh manuskrip ini melalui berbagai cara, termasuk pembelian, barter,
atau hadiah. Banyak manuskrip Indonesia kini disimpan di berbagai lembaga di
luar negeri. Artikel ini menekankan pentingnya katalog manuskrip sebagai pintu
gerbang untuk mempelajari manuskrip kuno. Katalog ini memberikan informasi
tentang isi teks, bahasa, dan aksara yang digunakan dalam manuskrip.
Manuskrip
Indonesia di STABI diperoleh melalui pembelian, barter, atau hadiah dari
individu dan lembaga tertentu. Beberapa manuskrip diperoleh dari kolektor
terkenal seperti John Crawfurd dan Sir Thomas Phillips. Artikel ini juga
membahas pertemuan tahun 2015 antara Kepala Museum Nasional Indonesia dan STABI
yang menghasilkan proyek pembuatan katalog manuskrip Indonesia di STABI. Proyek
ini melibatkan peneliti dari Indonesia dan luar negeri.
Manuskrip
Indonesia di STABI ditulis dalam berbagai aksara, termasuk aksara Arab, Jawi,
Pegon, Hanacaraka, Cacarakan, Bali, Jejawan, Merapi-Merbabu, Kaganga, Batak,
Lontara, Kanji, dan Latin. Setiap aksara memiliki karakteristik dan sejarah
tersendiri. Misalnya, aksara Jawi adalah adaptasi dari aksara Arab yang
digunakan untuk menulis bahasa Melayu. Artikel ini juga menjelaskan aksara
Pegon yang digunakan untuk menulis teks dalam bahasa Jawa, Sunda, atau Madura.
Manuskrip
Indonesia di STABI ditulis dalam berbagai bahasa, termasuk Jawa, Bali, Sasak,
Sunda, Batak, Lampung, Bugis/Makassar, dan Melayu. Dari data yang ada, terdapat
618 manuskrip Indonesia yang ditulis dalam delapan bahasa dan berasal dari 15
wilayah. Selama pengecekan kode rak, ditemukan bahwa jumlah sebenarnya adalah
668 manuskrip, karena beberapa kode terdiri dari lebih dari satu manuskrip.
Beberapa manuskrip juga ditemukan hilang atau salah klasifikasi.
Manuskrip
Indonesia di STABI mencakup berbagai genre teks, termasuk cerita Islam, ajaran
Islam, kitab suci, ajaran Hindu, cerita Hindu, cerita Cina, primbon, usada,
mantra, wayang, cerita panji, sejarah, dongeng, mitos, legenda, dan lainnya.
Manuskrip ini juga memiliki berbagai jenis seperti syair, hikayat, pantun,
macapat, geguritan, prosa, kakawin, kidung, silsilah, tabel, daftar, kalender,
laporan, surat perjanjian, dan surat pribadi. Ketebalan manuskrip juga
bervariasi, dari satu halaman hingga lebih dari seribu halaman.
Bahan
yang digunakan untuk manuskrip Indonesia di STABI bervariasi, termasuk kertas
Eropa, dluwang, kertas bergaris, kertas kosong, lontar, papan kayu,
embat-embatan, pustaha, gelumpai, bambu, dan plat logam. Kertas Eropa dapat
diidentifikasi dari watermark, countermark, dan garis rantai atau garis datar.
Lontar adalah bahan tradisional yang terbuat dari daun pohon siwalan.
Iluminasi
dan Kolofon
Iluminasi
dalam manuskrip adalah dekorasi yang meningkatkan halaman manuskrip melalui
teknik penulisan, pewarnaan pola, ornamen dekoratif, atau ornamen lainnya. Ada
54 manuskrip Indonesia di STABI yang diiluminasi, dengan iluminasi berupa
bingkai dekoratif untuk teks dan ilustrasi. Kolofon adalah bagian terakhir dari
manuskrip yang sering berisi informasi historis tentang teks yang disalin dan
salinan itu sendiri. Ada 43 manuskrip Indonesia di STABI yang mengandung
kolofon.
Manuskrip
Indonesia di STABI umumnya terawat dengan baik, meskipun ada 55 manuskrip yang
mengalami kerusakan ringan hingga berat. Kerusakan ringan termasuk tepi lontar
yang bergerigi atau robek, sementara kerusakan berat meliputi lontar yang patah
atau berlobang. Sistem penomoran manuskrip berdasarkan lipatan kertas dan nama
pemilik manuskrip atau lembaga asal. Manuskrip diklasifikasikan sebagai
manuskrip timur atau oriental dengan kode “or.”.
Artikel
ini menyimpulkan bahwa jumlah manuskrip Indonesia di STABI adalah 668, bukan
800 seperti yang dilaporkan sebelumnya. Manuskrip ini sebagian besar dibuat
dari kertas Belanda dan Inggris berdasarkan watermark pada kertas. Manuskrip
Indonesia di STABI cukup tua, dengan yang tertua berasal dari awal abad ke-15
dan yang termuda dari awal abad ke-20. Artikel ini juga berharap penelitian ini
berguna bagi peneliti Indonesia untuk studi lebih lanjut tentang manuskrip di
STABI, baik dari segi filologis maupun kodikologis.
Sumber: 10.21315/kajh2023.30.2.2