Mangoli, Kepulauan Sula – Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (TEP UI) melanjutkan perjalanan menuju Desa Wailab, Mangoli Selatan, Kepulauan Sula (5/11/25). Desa ini terkenal dengan kekayaan lanskap alamnya, terutama keberadaan sungai dan air terjun Balangkoyo yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Desa Wailab menurut keterangan warga merupakan hasil pemekaran dari Desa Waikafia. Oleh karena itu, secara geografis kedua desa ini tampak berdekatan.
Perjalanan menuju Desa Wailab dari Desa Waikafia sebenarnya bisa diakses darat. Namun untuk efektifitas waktu dan tenaga, kami menggunakan jalur laut, karena setelah dari Wailab tim langsung melanjutkan perjalanan kembali ke pusat kabupaten. Setibanya di Desa Wailab, tim disambut hangat oleh warga dan perangkat desa yang antusias menceritakan potensi alam di sekitar mereka. Keindahan Wailab seolah menjadi oasis di tengah sulitnya akses ke Pulau Mangoli, khususnya Mangoli Selatan.
Sebelum berkunjung dan menemui perangkat Desa Wailab, tim sebenarnya sudah melewati desa pagi ini ketika menjelajahi sungai dan air terjun Balangkoyo. Sungai Balangkoyo membentang dari hulu perbukitan hingga bermuara ke laut di sisi timur desa. Airnya jernih, mengalir melewati bebatuan besar yang membentuk pola alami nan indah. Di sepanjang tepi sungai, tumbuh vegetasi tropis yang masih terjaga, menciptakan suasana sejuk dan menenangkan. Masyarakat setempat sering memanfaatkan sungai ini untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci, mandi, dan mengairi sawah. Namun, di balik pesonanya, Sungai Balangkoyo juga menyimpan tantangan lingkungan yang perlu perhatian.
Aliran sungai Balangkoyo bersumber dari bukit yang mengalir ke tebing curam membentuk air terjun Balangkoyo. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 25 meter dengan aliran yang konstan sepanjang tahun. Di musim hujan, debit air meningkat dan menghasilkan kabut halus yang menutupi lembah di bawahnya. Bagi masyarakat Wailab, air terjun ini bukan hanya keindahan alam, tetapi juga simbol kehidupan dan kesuburan. Namun hingga kini, potensi wisata dari air terjun ini belum dikembangkan secara optimal.
Tim Ekspedisi Patriot UI menemukan bahwa akses menuju air terjun masih terbatas dan cukup berisiko. Jalur yang dilalui hanya berupa jalan setapak sempit tanpa papan petunjuk atau pengaman, serta beberapa kali melintasi bahkan menyusuri sungai. Dalam kondisi tertentu, terutama saat hujan, medan menjadi licin dan sulit dilalui. Warga berharap pemerintah daerah dapat memperbaiki akses ini agar air terjun Balangkoyo dapat dikunjungi oleh wisatawan dengan aman. Potensi wisata alam semacam ini diyakini mampu meningkatkan ekonomi lokal tanpa merusak lingkungan.
Selain potensi wisata dan ekologi, Sungai Balangkoyo juga berperan penting bagi sistem pertanian Wailab. Airnya digunakan untuk mengairi sawah dan kebun masyarakat yang terletak di dataran rendah. Akan tetapi, saluran air kini mengalami kerusakan di beberap titik. Akibatnya, distribusi air tidak merata dan sering menyebabkan gagal tanam di beberapa lahan. Petani berharap agar fasilitas ini segera diperbaiki agar ketergantungan terhadap hujan bisa dikurangi.
Dalam diskusi dengan perangkat desa, Tim Patriot UI menemukan bahwa masyarakat memiliki visi kuat untuk menjadikan Wailab sebagai desa wisata berbasis alam. Mereka ingin mengembangkan paket wisata alam yang meliputi tracking ke air terjun, susur sungai, dan pengamatan satwa liar. Namun, mereka terkendala modal, pelatihan, dan promosi. Inisiatif warga ini menjadi sinyal positif bagi pembangunan desa berkelanjutan. Semangat ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya bergantung pada bantuan, tetapi juga aktif merancang masa depan mereka.
Kehidupan sosial di Wailab memperlihatkan harmoni yang kuat antara manusia dan alam. Sungai dan hutan menjadi bagian dari identitas masyarakat. Anak-anak sejak kecil diajarkan untuk menjaga kebersihan sungai dan tidak menebang pohon di sekitar sumber air. Nilai-nilai kearifan lokal ini menjadi modal sosial penting dalam pengelolaan sumber daya alam. Dalam konteks perubahan iklim, Wailab menjadi contoh komunitas yang masih menjunjung keseimbangan ekologis.
Namun demikian, permasalahan akses dan pelayanan publik masih menjadi tantangan utama. Akses listrik masih terbatas, sementara jaringan komunikasi sering terputus. Fasilitas kesehatan hanya tersedia di tingkat kecamatan yang jaraknya cukup jauh dan harus ditempuh dengan perahu. Hal ini menyulitkan warga terutama ketika terjadi keadaan darurat medis. Masyarakat berharap ada perhatian lebih terhadap infrastruktur dasar agar potensi wisata dan pertanian dapat berkembang maksimal.
Tim Ekspedisi Patriot UI juga melakukan observasi geospasial untuk memetakan potensi lanskap Wailab. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa kombinasi antara sungai, hutan, dan perbukitan membentuk kawasan yang sangat potensial bagi wisata alam dan pendidikan lingkungan. Namun, pemanfaatan tersebut perlu memperhatikan daya dukung lingkungan dan partisipasi masyarakat. Tim menekankan pentingnya pengelolaan berbasis komunitas agar keberlanjutan tetap terjaga. Pendekatan partisipatif ini menjadi kunci dalam pemberdayaan masyarakat desa terpencil.
Dari seluruh temuan lapangan, Tim Ekspedisi Patriot UI menilai bahwa Sungai dan Air Terjun Balangkoyo dapat menjadi ikon wisata baru di Kepulauan Sula. Potensi alam yang indah, kearifan lokal yang kuat, dan semangat masyarakat menjadi fondasi utama pengembangan wilayah. Namun, perlu dukungan pemerintah dan mitra perguruan tinggi untuk membantu dalam perencanaan, infrastruktur, dan promosi. Dengan kolaborasi yang tepat, Wailab dapat menjadi contoh sukses pengelolaan lanskap desa berbasis masyarakat.
Kunjungan ke Desa Wailab memberikan pelajaran berharga tentang arti menjaga harmoni dengan alam. Di tengah keterbatasan akses dan fasilitas, masyarakat tetap memelihara semangat gotong royong dan optimisme. Sungai dan Air Terjun Balangkoyo menjadi simbol ketahanan dan harapan bagi warga yang hidup di tepi perairan Mangoli Selatan. Potensi lanskapnya bukan sekadar keindahan, tetapi cerminan dari hubungan manusia dengan alam yang saling menghidupi. Dari Wailab, kita belajar bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan untuk merawat yang sederhana agar tetap bermakna.
Penulis: Ardiansyah BS (TEP UI)
Foto: Ardiansyah BS (TEP UI)


