PENULIS: drg. Diah Puji Astuti, MM., Cht,
EDITOR: Pram
TEBAL HALAMAN: 95
UKURAN BUKU: 15,5 x 23 cm
ISBN: dalam proses
DESKRIPSI :
Ini bukan sekadar kisah tentang kehilangan. Ini adalah perjalanan tentang seorang anak perempuan yang perlahan-lahan mengerti, bahwa cinta sejati tidak selalu hadir dalam bentuk kata-kata manis atau pelukan hangat. Kadang, cinta itu hadir dalam keheningan. Dalam tatapan keras. Dalam teguran yang terasa dingin. Dalam kehadiran yang tak banyak bicara, tetapi diam-diam menopang dunia kita.
Buku ini adalah persembahan untuk seorang ayah, seorang lelaki sederhana yang mungkin tidak pandai menunjukkan cintanya, namun mengajarkanku keteguhan, keberanian, dan kekuatan melalui sikapnya. Ia mengajarkanku, dengan caranya sendiri, bahwa kasih sayang tidak selalu harus berwujud lembut. Kadang, cinta yang sesungguhnya justru terasa seperti tameng: kokoh, keras, namun melindungi.
Dalam perjalanan menulis buku ini, aku kembali mengurai setiap kenangan, menggenggam kembali potongan-potongan waktu yang dulu mungkin ku abaikan, dan mencoba memahami cinta dalam bentuknya yang paling sunyi. Buku ini bukan hanya tentang aku dan Papa. Buku ini kutulis untuk siapa pun yang pernah kehilangan rumahnya, dalam sosok seorang ayah, seorang ibu, seorang kekasih, seorang sahabat.
Untuk siapa pun yang pernah mencintai begitu dalam, hingga kepergian mengubah seluruh hidupnya menjadi ruang-ruang rindu. Jika kamu sedang membaca halaman-halaman ini, mungkin ada bagian kecil dari kisahmu yang akan kamu temukan di sini. Mungkin kamu akan menangis, tersenyum, atau sekadar menundukkan kepala dalam diam. Dan itu tidak apa-apa. Karena kehilangan mengajarkan kita dua hal yang paling penting: betapa besar cinta yang pernah kita miliki, dan betapa kuat kita bertahan dengan rindu yang tak pernah benar-benar reda.
Terima kasih telah berjalan bersamaku dalam perjalanan ini. Semoga saat kamu membaca buku ini, kamu merasa seperti memeluk seseorang yang pernah kamu rindukan, dan merasa bahwa cinta, dalam bentuk apapun, selalu layak dikenang, selalu layak dirayakan.


