Edit Content

Akses, Sumber Daya Manusia, Modernisasi: Kabar dari Mangoli Utara

Mangoli Utara, Kepulauan Sula – Tim Ekspedisi Patriot dari Kementrian Transmigrasi R.I., yang terdiri atas satu tim dari Universitas Indonesia (UI) dan satu tim dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), melakukan kunjungan lapangan pertamanya di Pulau Mangoli, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara, ke tiga titik transmigrasi dari total 18 titik di Pulau Mangoli yang akan dikunjungi.

Tim akan menetap di Falabisahaya sebagai homebase hingga awal Desember 2025 untuk melakukan evaluasi kebijakan transmigrasi, serta membuat rekomendasi bagi Kementras R.I. berkaitan dengan percepatan pertumbuhan ekonomi dan identifikasi produk-produk unggulan lokal. Di Kecamatan Mangoli Utara, titik-titik yang dikaji adalah Modapuhi (Desa Trans 1 dan Trans 2), Minaluli, Saniahaya, dan Modapia.

Pada putaran pertama ke Saniahaya dan Modapuhi, Tim Patriot didampingi oleh unsur Muspika lengkap di bawah koordinasi Camat Mangoli Utara, H. Alwan, serta Kabidtrans Kab. Kepulauan Sula dan stafnya. Rombongan mengadakan tatap muka dan dialog dengan warga lokal, serta meninjau lahan-lahan transmigrasi di titik-titik kunjungan selama sehari penuh.

Temuan sementara dari kunjungan sehari berdasarkan pengamatan awal tim adalah, pertama, Mangoli Utara memiliki tanah yang sangat subur, dan aneka macam tanaman pangan maupun produksi dapat tumbuh tanpa kesulitan berarti. Produk-produk unggulan seperti kelapa, beras, cengkeh, sayur-mayur, dan juga kayu memiliki potensi besar untuk ditingkatkan dan dikembangkan.

Kendati demikian, dan ini adalah temuan kedua, sarana dan prasarana jalan, jembatan, serta bendungan yang ada di sekitar kawasan transmigran maupun desa-desa warga lokal masih jauh dari memadai. Dampak dari keterbatasan ini pada ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sangat besar. Antara lain, produk-produk yang berlimpah sebagai hasil tani dan kebun rakyat sulit dibawa ke pasar yang, apda gilirannya, menyebabkan biaya produksi dan distribusi yang tinggi. Selain itu, separuh lebih dari produk tersebut tidak mampu diserap oleh pasar lokal yang ada karena daya beli masyarakat yang terbatas.

Faktor lain penyebab pasar belum cukup akomodatif adalah jumlah populasi pulau yang pada umumnya rendah, sehingga banyak lahan berpotensi produktif yang belum tergarap. Di desa Trans 2, misalnya, dari slot untuk 100 keluarga trasnmigran yang didatangkan pada pertengahan dasawarsa tahun 2000an, saat ini yang masih bertahan hanya 5 KK. Sebagian besar telah berpindah ke wilayah lain baik di dalam maupun di luar Sula. Kendala yang mereka hadapi sangat luar biasa, mulai dari tiadanya sarana dasar seperti jalan, jembatan, dan bendungan, juga ancaman banjir bandang yang menghancurkan kebun, ternak, dan harta benda, seperti yang belum lama menimpa Saniahaya.

Dilema yang dihadapi adalah apakah pertumbuhan ekonomi harus dimulai terlebih dahulu dari penyediaan sarana dan prasarana, ataukah peningkatan jumlah populasi melalui program transmigrasi, ataukah pelatihan dan pembinaan lebih lanjut bagi warga lokal untuk meningkatkan kapasitas SDM? Tim menengarai, jangan-jangan 3 kerja besar ini harus dilakukan serempak jika proyek percepatan pertumbuhan ekonomi ingin dapat terwujud dengan sukses.

Dalam wawancara Tim Patriot dengan Camat Mangoli Utara dan Kepala Desa Trans 1 di Modapuhi, dapat ditangkap kehendak kuat untuk dapat meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar, pemanfaatan lahan-lahan tidur, serta penambahan jumlah SDM trampil melalui transmigrasi.

Kementrian Transmigrasi R.I. punya itikad dan kehendak baik untuk menunjang semua itu, tetapi juga disadari bahwa kemampuannya untuk mengerjakan semuanya secara sendirian tidak memadai. Menteri Transmigrasi, M. Iftitah Sulaeman, menggagas konsep penta-helix yang melibatkan 5 unsur inti, yakni Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Industri (Swasta), dan Masyarakat. Kolaborasi tanggung-renteng sesuai kapasitas dan kelebihan masing-masing akan membuat berbagai kerja mahaberat itu dapat mulai dibayangkan sebagai suatu kerja yang realistis karena semua pihak turut berkontribusi.

Sebagai contoh, untuk tahapan kedua Program Patriot pada 2026, kementerian akan menganggarkan beasiswa Patriot yang dikhususkan bagi putra-putri dari daerah-daerah transmigrasi yang kini sedang dikaji di seluruh pelosok Indonesia. Mereka akan bisa berkuliah pada jenjang Sarjana, Magister, sampai Doktor di 7 perguruan tinggi negeri terkemuka yang kini tengah terlibat dalam Ekspedisi Patriot. Selain, itu, Kementerian juga telah mengucurkan bantuan untuk pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dan pertanian di sejumlah kawasan.

 

 

 

*Tim Ekspedisi Patriot UI – ITS, Kementerian Transmigrasi Republik Indonesia

Share:

Facebook
Twitter
Email
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social Media

Popular Post

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Kategori
On Key

Related Posts