Mangole, Kepulauan Sula – Perjalanan lintas laut dari Sanana menuju Falabisahaya yang dilakukan Tim Ekspedisi Patriot UI Mangole bukanlah sekadar penyeberangan biasa. Dalam misi riset dan pemetaan wilayah transmigrasi di Pulau Mangole, tim harus melewati Selat Capalulu yang dikenal sebagai salah satu selat paling berbahaya kedua di dunia, menyaksikan langsung fenomena alam yang jarang terekam: pusaran air laut alami yang terjadi di titik-titik tertentu selat tersebut.
Perjalanan dimulai siang hari pukul 14.20 WIT dari Pelabuhan Sanana. Menggunakan kapal penumpang Uki Raya 04, Tim Ekspedisi Patriot berlayar menuju Pulau Mangole, tepatnya ke Pelabuhan Falabisahaya di bagian timur pulau tersebut. Cuaca cerah memberi harapan perjalanan akan berjalan lancar, namun kru kapal telah memperingatkan tim soal tantangan besar yang menanti di tengah selat. Peringatan tersebut disampaikan kembali setelah kapal transit di Pasipa pukul 17.30 WIB.
Selat Capalulu, yang memisahkan Pulau Taliabu dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, dikenal dengan arus lautnya yang kuat, tidak terduga, dan kerap membentuk pusaran air akibat pertemuan arus pasang surut dari dua arah.
“Selat ini bisa tenang lima menit, tapi setelah itu berubah seperti ombak di lautan lepas. Kami selalu waspada,” ujar Pak Yusup, Kabid Transmigrasi Kabupaten Kepulauan Sula yang mendampingi Tim Ekspedisi Patriot.
Sekitar satu jam setelah berlayar, tim menyaksikan fenomena langka yang selama ini hanya dibaca dalam literatur oseanografi—pusaran air laut alami terbentuk tak jauh dari haluan kapal. Arus berputar cepat, membentuk lingkaran seolah menarik air ke dalam, dengan suara gemuruh yang cukup menggetarkan.
Kapal kembali transit di Pelabuhan Dofa pukul 19.45 WIT dan melanjutkan perjalanan pukul 20.50 WIT. Kami memanfaatkan waktu untuk turun dari kapal membeli makan malam berupa ikan bakar yang dijual mama-mama di pelabuhan.
Kami tiba di Pelabuhan Falabisahaya pukul 21.41 WIT dengan selamat. Setelah hampir tujuh jam menghadapi ombak, arus, angin kencang, dan fenomena pusaran air, kapal akhirnya merapat di dermaga Falabisahaya. Tim seakan disambut oleh warga yang menanti kapal di dermaga. Meskipun kelelahan, wajah-wajah penuh semangat terpancar dari setiap anggota tim—perjalanan yang menantang ini telah membuka mata terhadap kekuatan alam yang luar biasa sekaligus mempererat hubungan tim dengan masyarakat lokal.
“Ini bukan cuma perjalanan lintas pulau. Ini adalah pelajaran hidup tentang keberanian, kesiapsiagaan, dan bagaimana masyarakat lokal mampu hidup berdampingan dengan alam yang ekstrem,” ujar Ketua Tim Ekspedisi Patriot sekaligus Guru Besar UI, Prof. Manneke Budiman, MA., PhD.
Tim Ekspedisi Patriot UI Mangole akan melakukan riset kebijakan, evaluasi dan pemetaan potensi kawasan transmigrasi di Mangole selama beberapa bulan ke depan. Namun perjalanan menyeberangi Selat Capalulu akan selalu menjadi bagian paling berkesan dalam misi mereka.
Penulis: Ardiansyah BS
Fotografer: Ardiansyah BS